KOMPLEK bangunan tua di dekat Kampung Inggris ini mirip kota mati yang ditinggalkan penghuninya. Terdapat tiga gedung yang masih berdiri kokoh, namun kondisinya terbengkalai. Bangunan hanya menyisakan tembok setinggi 3 meter yang dipenuhi akar dan tanaman perdu.
Para siswa Kampung Inggris kerap memanfaatkan tempat ini sebagai spot foto, terutama saat sore hari. Namun, saat kursusan tutup akibat Pandemi Covid-19, gedung tersebut kian tak terjamah. Bahkan, reruntuhan bangunan kini semakin tenggelam karena tertutup perkebunan tebu milik warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Menurut cerita yang beredar, baik dari warga sekitar maupun ulasan di internet, gedung tersebut dulunya adalah markas Partai Komunis Indonesia (PKI). Bangunan itu juga diyakini sebagai lokasi pembantaian pada peristiwa 1965. Sebab, di samping gedung terdapat area yang sepintas mirip pemakaman. Versi lain menyebutkan jika gedung itu merupakan bekas penginggalan Belanda.
Namun, rumor itu dibantah oleh Bunhaji, Kaur Kesra Desa Tulungrejo. Pria 70 tahun ini mengatakan jika bangunan itu tidak ada kaitannya dengan PKI maupun Belanda.
“Gedung itu rencananya dijadikan markas tentara, namun entah kenapa tidak diselesaikan hingga akhirnya terbengkalai,” kata Bunhaji, Rabu, 21 Juni 2023.
Warga asli Desa Tulungrejo itu bercerita bahwa saat masih kecil pernah melihat bangunan tersebut dalam kondisi terawat. Pintu dan jendela sudah terpasang, namun belum ada atapnya.
Dia melanjutkan, lokasi gedung itu berdiri tidak tercatat sebagai aset pengelolaan Desa Tulungrejo. Tanah seluas 15 hektar tersebut adalah milik Brigade Infanteri (Brigif) Mekanis 16/Wira Yudha. Brigade ini bermarkas di Jalan Lingkar Maskumambang, Kota Kediri.
“Mungkin dulunya Brigif mau dibangun di Pare,” kata Bunhaji.
Apa yang disampaikan Bunhaji itu selaras dengan keterangan Adrian, salah seorang tentara di Koramil Pare. Tanah itu awalnya milik Komando Batalyon Infanteri (Yonif) 521, kemudian pengelolaan diserahkan ke Brigif 16 pada 2006.
“Kakek saya dulu ditugaskan sebagai penjaga gedung dan tanah itu,” kata Adrian.
Dari info yang didapat, Adrian membenarkan jika bangunan tersebut bakal dijadikan markas militer. Hal itu diperkuat dengan konstruksi gedung yang memanjang, khas barak atau asrama tentara.
Pria yang berdinas di Koramil Pare selama 6 tahun ini juga sempat tinggal bersama sang kakek di rumah dinas, letaknya di timur gedung tua itu. Rumah dinas ini juga berfungsi sebagai pos jaga, namun sayang kini juga ikut terbengkalai.
“Rencana pendirian markas militer ini ada kaitannya dengan wacana menjadikan Pare sebagai ibukota Kabupaten Kediri,” kata Bunhaji.
Kawasan Pare santer dirancang sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Kediri sejak tahun 1990an. Saat itu, Pare dinilai paling potensial karena sudah berdiri pasar induk, masjid besar, stadion, kantor polisi, serta daerah pendidikan berupa Kampung Inggris.
Namun, Pemerintah Kabupaten Kediri punya pandangan lain. Pada 2022, ibukota Kabupaten Kediri sudah ditetapkan berada di Pamenang, kawasan yang berada di utara Monumen Simpang Lima Gumul. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post