RATUSAN orang berpakaian adat Jawa mengarak hasil bumi seperti nanas, padi, dan aneka tanaman palawija. Para perempuan mengenakan kebaya, sedangkan kaum pria memakai baju surjan dan blangkon. Mereka adalah jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sindurejo Kabupaten Kediri yang tengah merayakan hari raya Unduh-unduh pada Minggu, 4 September 2022.
Suasana di Dusun Sindurejo, Desa Kunjang, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri makin meriah lewat parade cikar. Gerobak yang ditarik sapi itu dihias dengan berbagai hasil panen serta simbol-simbol Kristen seperti patung Yesus dan Salib.
“Mayoritas pengikut gereja adalah petani, tradisi ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang mereka dapat,” kata Ida Bagus Rex Riant, Pendeta GKJW Sindurejo.
Unduh-unduh berasal dari bahasa Jawa Ngunduh yang artinya memanen atau memetik. Seperti namanya, perayaaan ini digelar saat musim panen tiba. GKJW Sindurejo melaksanakan acara ini pada bulan September, bertepatan dengan ulang tahun gereja dan masa panen di lereng Gunung Kelud.
Dalam sejarahnya, prosesi Unduh-unduh digelar pertama kali oleh GKJW Mojowarno Jombang pada tahun 1930. Ritual ini lahir dari jemaat di pedesaan dengan kultur agraris. Unduh-unduh merupakan akulturasi atau perpaduan dari budaya Jawa dan ajaran Alkitab. Persembahan hasil panen kepada Dewi Sri atau dalam kebudayaan Jawa dikenal dengan sedekah bumi, dipadukan dengan ajaran Kristen menjadi persembahan pada Yesus.
Dari proses akulturasi ini, keberadaan agama tidak memudarkan budaya asli. Adanya kebudayaan justru menjadi salah satu cara untuk beribadah. Lebih jauh, ritual keagamaan ini menjadi media dalam mempertahankan kearifan lokal.
“Kegiatan ini sesuai dengan ajaran Alkitab, tujuannya juga agar jemaat memiliki kepedulian sesama manusia,” ujar Pendeta Bagus.
Arak-arakan dari GKJW Sindurejo menuju Balai Pamitran menempuh perjalanan sejauh 1 Kilometer. Di lokasi akhir parade, hasil panen kemudian dilelang pada warga sekitar. Uang dari lelang nantinya disalurkan untuk keperluan gereja dan orang-orang yang secara ekonomi membutuhkan uluran tangan. Arti penting tradisi Unduh-unduh adalah setiap umat yang mendapatkan kenikmatan wajib berbagi pada orang yang membutuhkan
Bagus menambahkan, terselenggaranya prosesi Unduh-unduh tak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk warga yang memeluk agama Islam. Mereka membantu acara dengan meminjami cikar, sapi, dan mengamankan jalan.
Pradeka Ipung Haryanto ketua komunitas Bajingan dan Koordinator cikar hias mengatakan bahwa sangat antusias mensukseskan acara Unduh-unduh. Bukan sekali ini saja Deka membantu GKJW Sindurejo. Hampir tiap tahun dia bersama komunitasnya turut meramaikan acara tersebut.
“Walaupun berbeda kepercayaan, baginya melestarikan budaya sangat penting,” kata Deka.
Acara ini juga dihadiri Kepala Kecamatan Ngancar Elok Etika. Ditemani para pamong Desa Kunjang, mereka memberikan apresiasi berupa kambing untuk dilelang.
“Saya sangat apresiasi sekali acara hari ini selain menampilkan budaya dan seni juga tampak rasa toleransi antar umat beragama,” ungkap Elok.
Menurutnya, arak-arakan bisa dinikmati seluruh warga sehingga mampu menciptakan toleransi. Hinga kini, terdapat lebih dari 700 kepala keluarga beragama Kristen yang tinggal di Dusun SIndurejo. Rasa saling menghargai ini penting untuk bersama-sama membangun desa. Misalnya mengembangkan potensi wisata, budaya, dan seni di lereng Gunung Kelud. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post