BERTEPATAN dengan Sasi Suro atau bulan pertama dalam kalender Jawa, warga Kampung Bendon, Desa Banjaran, Kota Kediri, berbondong-bondong mengunjungi makam leluhur. Kamis malam, 1 Agustus 2024, mereka menyelenggarakan acara bersih desa, sebuah tradisi yang kini banyak ditinggalkan masyarakat perkotaan.
Acara yang dimulai pukul 19.00 WIB itu dibuka dengan prosesi arak-arakan sembilan tumpeng. Pemimpin rombongan atau yang biasa disebut cucuk lampah berada di barisan paling depan, diikuti pasukan bersenjata tombak pusaka, dan pembawa sembilan tumpeng. Barisan paling belakang yaitu masyarakat Kampung Bendon yang mengenakan pakaian tradisional Jawa-Bali.
Tumpeng diarak mengelilingi gang-gang sempit Kampung Bendon yang berada di kawasan urban Kota Kediri. Dimulai dari Gang I sampai Gang VII, kemudian berakhir di makam. Acara kemudian dilanjutkan dengan doa ucapan syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan, yang dipimpin oleh Cholil, tokoh masyarakat Kampung Bendon. Selain warga, kegiatan ini juga dihadiri perangkat Kelurahan Banjaran serta perwakilan Batalyon Infanteri Mekanis 521.
“Acara bersih desa digelar untuk melestarikan budaya, sekaligus mengenalkan kearifan lokal ke generasi muda. Selain itu agar kampung tetap aman, rukun, damai, dan tambah maju,” Wita Suwarna, Ketua RW 10 Kelurahan Banjaran.
Pria yang juga bertindak sebagai ketua panitia acara itu mengatakan, kegiatan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Terdapat prosesi arak-arakan tumpeng di mana peserta wajib menggunakan pakaian adat, serta wajib menggunakan Bahasa Jawa ketika berkomunikasi.
Selama berjalannya acara, warga mengikuti upacara dengan khidmat. Diiringi alunan gamelan, ritual makin sakral ketika dupa dinyalakan sebagai simbol penerangan dan kesucian.
“Tumpeng yang ada merupakan simbol Tumapaking Panguripan atau awal dari sebuah harapan dan juga bentuk rasa syukur,” kata Soehery, tokoh masyarakat Kampung Bendon.
Saat ritual selesai, acara dilanjutkan dengan gembul bujono atau menyantap tumpeng yang telah diarak secara bersama-sama. Sesi itu makin meriah lewat penampilan grup musik keroncong.
“Acara ini juga mempererat hubungan antarwarga dan menjaga warisan budaya kami,” kata Jaswadi, salah seorang warga.
Bersih desa kali ini diharapkan menjadi momentum untuk bersama-sama menjaga adat dan budaya lokal. Pelestarian tradisi dilakukan dengan model partisipatif, mengajak seluruh masyarakat berperan pada setiap kegiatan. Misi tersebut selaras dengan program jangka menengah Kampung Bendon yang mengusung konsep Keren Senja, singkatan dari Kampung Kreatif dan Independen, Seni, Jajanan, Budaya, dan Olahraga.
Ke depan, warga Kampung Bendon berupaya tetap menjaga budaya Jawa dalam balutan kearifan lokal yang diwariskan para leluhur. Selain mempererat tali persaudaraan antarwarga, perayaan adat menjadi pengingat agar masyarakat tidak melupakan kampung halamannya.
“Kita merelakan anak-anak muda pergi mengadu nasib kemanapun, asal jangan lupakan kampung halaman,” kata Dadang, salah seorang warga Bendon. (F. Widodo Putra)
Discussion about this post