KADANG kala, hal tak terduga muncul dari tempat yang tak disangka-sangka. Sebut saja, Wiji Lestari. Perempuan kelahiran 20 Juni 2000 ini hanyalah warga biasa di Kelurahan Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Namun bagi para penggemar balap sepeda cross di Indonesia, namanya menonjol sebagai salah satu atlet BMX profesional. Bahkan kerap mendulang prestasi di gelanggang internasional.
Performa apik mancal pedal di atas trek offroad, membuat Wiji pernah bertengger di posisi 6 dunia saat bermain di kelas Women Junior. Dia turut mewakili Indonesia berlaga di berbagai negara, seperti di Korea Selatan dan Thailand. Tapi penampilan yang mengesankan dirinya ialah saat bisa menyumbang medali perunggu di ajang Asian Games 2018.
“Saya benar-benar tidak menyangka dari balap BMX bisa menyumbang medali untuk Indonesia, padahal dulu olahraga yang paling saya sukai adalah pencak silat,” kata gadis tomboy itu pada Selasa, 11 Agustus 2020.
Thole, begitu ia akrab disapa, mulai tertarik Bicycle Motocross pada tahun kedua duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Blitar. Bermula dari ajakan sepupunya ikut berlatih bersama Ganesto Gun Muji Management (GGMM). Sebuah klub dan akademi sepeda cross di Togogan, daerah yang berjarak dua desa dari kediaman Wiji.
Baca juga:
Wabah dari Danau Elsinore Merasuk Hingga ke Bumi Proklamator
Pertemuan Thole dengan GGMM menjadi awal dari segalanya. Meski sederhana, akademi asuhan kakak beradik, Gunawan Wibowo dan Muji Raharjo ini telah melahirkan sejumlah atlet BMX jempolan.
M Khabibur Rohman, misalnya, ia penyandang peringkat kedua Elite Men di Indonesian BMX Series. Adapun andalan kelas Men Junior nasional, Yosi Saputra, tahun ini berada urutan 16 dunia. Sementara atlet usia 11 tahun asli Kediri, Azriel Galang Za’i Risqullah, rutin menyabet podium nasional dalam dua tahun berkiprah di kategori Challenge.
“Di antara semua anak didik GGMM, Wiji adalah contoh bagaimana sebuah minat yang kuat bila ditempa dengan baik akan jadi setara bahkan melebihi bakat,” kata Gunawan Wibisono.
Menurut Gunawan, Wiji tergolong anak yang tidak memiliki bakat balap sepeda. Ketika bergabung di GGMM, ia hanya bermodal tekad saja. Sehingga diperlukan upaya ekstra, khususnya untuk mempertajam skill. Baik dari segi teknik, energi, serta membangun mental juara.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Dua tahun menempa kemampuan di GGMM, pada 2016 Wiji mulai mendulang prestasi dari berbagai kompetisi. Seperti di juara 2 kelas Women Junior BMX Competition C1 di Siak, Riau. Di kategori yang sama setahun kemudian, ia menyabet peringkat 3 di Asian BMX Championships di Thailand. Sebelum berlaga di Asian Games 2018, alumni SMU Negeri 1 Srengat ini sempat memenangi International BMX 2018 di Banyuwangi.
Mengejar prestasi bagi para atlet GGMM, termasuk Wiji, ialah bagian dari motivasi. Terutama, kegiatan tersebut cukup berguna untuk mengisi masa muda mereka. Bila terdapat hadiah tambahan dari kejuaraan, mereka anggap sebagai bonus semata.
Pencapaian di Asian Games 2018, misalnya. Wiji berhasil mengumpulkan sejumlah uang total sekitar satu Milyar Rupiah dari berbagai sumber. Di antaranya, apresiasi dari pemerintah, federasi BMX, KONI, hingga sponsor. Mahasiswi IKIP Budi Utomo Malang ini juga diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang kini disebut dengan ASN atau Aparatur Sipil Negara.
“Hasil yang patut saya syukuri, tapi juga jadi cambuk agar mampu mempertahankan bahkan meningkat dari prestasi sebelumnya,” kata Wiji.
Setiap pagi dan sore, Wiji masih rutin berlatih bersama GGMM di sirkuit kecil di atas sepetak tanah lapangan milik Kelurahan Togogan di pelosok Blitar. Ia bertekad terus mempersiapkan diri supaya bisa masuk seleksi Sea Games 2021 di Vietnam. (Naim Ali)
Discussion about this post