• Tentang Kami
  • Aturan Penggunaan
Senin, 6 Februari 2023
Kediripedia.com
Advertisement Banner
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Minat Investor Mendanai Startup Menurun

    Minat Investor Mendanai Startup Menurun

    Terinspirasi Kisah Nabi, Dokter di Kediri Resign dari PNS

    Terinspirasi Kisah Nabi, Dokter di Kediri Resign dari PNS

    Briket Arang Nganjuk Diekspor ke Turki, Arab Saudi, dan Iran

    Briket Arang Nganjuk Diekspor ke Turki, Arab Saudi, dan Iran

    Gerakan Penguatan Bisnis Ikan Air Tawar di Desa Canggu

    Gerakan Penguatan Bisnis Ikan Air Tawar di Desa Canggu

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Minat Investor Mendanai Startup Menurun

    Minat Investor Mendanai Startup Menurun

    Terinspirasi Kisah Nabi, Dokter di Kediri Resign dari PNS

    Terinspirasi Kisah Nabi, Dokter di Kediri Resign dari PNS

    Briket Arang Nganjuk Diekspor ke Turki, Arab Saudi, dan Iran

    Briket Arang Nganjuk Diekspor ke Turki, Arab Saudi, dan Iran

    Gerakan Penguatan Bisnis Ikan Air Tawar di Desa Canggu

    Gerakan Penguatan Bisnis Ikan Air Tawar di Desa Canggu

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
Kediripedia.com
Home KULTUR

Kekerasan Terhadap Wartawan di Suatu Era, Sebuah Catatan yang Hendak Dibukukan

12 Jul 2021
in KULTUR
Reading Time: 4 menit
16
Kekerasan Terhadap Wartawan di Suatu Era, Sebuah Catatan yang Hendak Dibukukan
130
VIEWS
Teruskan ke WhatsappBagikan ke FacebookCuitkan ke Twitter

SEORANG wartawati sebuah kantor berita asing ditangkap pemerintah pada bulan Agustus 1966. Ia dituduh menyiarkan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan nilai kebenaran faktanya. Karena marasa yakin berita yang ditulisnya berdasarkan fakta, ia beradu argumentasi, wartawati itu kemudian dibebaskan dan dideportasi ke negara asalnya.

Tiga puluh tahun kemudian, tepatnya pada 13 Agustus 1996, wartawan harian Bernas tergeletak bersimbah darah tewas di kediamannya. Udin alias Muhammad Fuad  Syafrudin, nama wartawan itu, tidak sempat diminta keterangan perihal kesalahan apa yang telah dia buat. Tim pencari fakta yang melakukan investigasi beranggapan bahwa kematian Udin ada kaitannya dengan soal pemberitaan yang dimuat di medianya.

Jelajahi pustaka Kediripedia

Hujan Selalu Dinanti Saat Perayaan Imlek

Wayang Mbah Gandrung Tetap Anti Alat Transportasi

Kompleks Pelacuran Semampir Jadi Hutan Kota

Udin merupakan salah satu dari sekian banyak wartawan yang terbunuh karena tekad menyampaikan berita, kebenaran, serta misi kebebasan tanpa rasa gentar sedikit pun.  Dengan menggunakan gaya tulisan sederhana dan lugas, ia tampilkan fenomena penyimpangan yang terjadi. Udin menilai penyimpangan yang merambah daerahnya dinilai sangat kontras dengan suasana keseharian masyarakat di sekelilingnya. 

Ada juga Irham Nasution, wartawan Sinar Indonesia Baru, Medan, mengalami hal serupa yang banyak dialami wartawan media masa di Indonesia. Ketika Irham berusaha membenturkan fakta dengan kuasa sang penguasa, ia tewas sewaktu cairan kimia disiramkan ke mukanya pada tahun 1981. 

Advertisement Banner

Sebelumnya, pada 1979, kejadian serupa nyaris menimpa wartawan Waspada, Julius Rivai di Medan.  Namun, ia masih beruntung. Ketika Julius ingin membuat laporan investigasi tentang kasus pelarian warga Cina dari RRC yang tidak memiliki izin tinggal di Indonesia dan dilindungi oleh oknum aparat, nyawanya terancam. Ia bahkan sempat mendekam dalam “kamp” tawanan selama lebih dari satu minggu di kampung Lalang, sebuah kompleks penampungan warga RRC eks pelarian Aceh. Ia nekat dan berhasil kabur dari sekapan kamp penyiksaan.

Tindak kekerasan pada jurnalis. (Foto: Eddy Soetopo)

Berita tindak kekerasan yang menyebabkan kematian terhadap profesi jurnalistik, juga merambah di Kolombia.  Maria Jimena Duzan, kolumnis surat kabar El Espectador di Kolumbia, mengalami tindak kekerasan secara fisik maupun non fisik. Maria mendapat ancaman pembunuhan, upaya penculikan, dan teror mental secara terus-menerus setelah membeberkan jaringan perdagangan obat bius yang melibatkan gembong narco (pengedar) berkolusi dengan perwira militer dan para tuan tanah.  Maria Jimena Duzan akhirnya selamat dari usaha penculikan dan pembunuhan, namun adik kandungnya, Sylvia Duzan yang juga bekerja di  surat kabar El Espectador, mengalami nasib naas sewaktu melakukan liputan investigatif pada kasus yang hampir sama.  Setelah diculik dan dianiaya, akhirnya Sylvia Duzan meninggal dunia.

Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin di Yogyakarta, Irham Nasution di Medan, Giwa di Nigeria dan Sylvia Duzan di Kolombia merupakan sedikit nama dari sekian banyak wartawan atau wartawati yang mengalami tindak kekerasan pembunuhan akibat sajian berita-berita mereka.

Dalam penelitian beberapa tahun terakhir mengenai kebebasan pers, Freedom House secara keseluruhan mencatat 834 serangan terhadap dunia pers di 91 negara pada tahun 1990, sekalipun mengalami penurunan dari jumlah 1164 pada tahun 1989, jumlah itu masih masih dua kali lipat jumlah kasus yang terjadi pada tahun 1987 atau 1988. 

Laporan itu juga menyebutkan bahwa pada tahun 1990, 43 wartawan terbunuh karena misi jurnalistiknya, 16 orang diculik atau ditahan dan bahkan dikabarkan “hilang”, 41 orang mengalami luka-luka, 16 orang dipukuli, 82 orang mengalami serangan fisik, 50 orang mengalami ancaman pembunuhan, 170 orang ditakut-takuti dan 31 orang dibuang keluar dari negerinya (Sussman, L.R., Freedom Review, 1990).

Publikasi yang dilansir Freedom House secara berkala dengan rinci memuat setiap kejadian tindak kekerasan terhadap para wartawan dan wartawati.  Kondisi secamam ini sangat kontras bila kita bandingkan dengan data yang ada di PWI.  Kalau Freedom House secara teratur mempublikasikan tindak kekerasan yang menimpa wartawan dan wartawati mencakup seluruh dimensi tindak kekerasan fisik maupun non fisik.

Pers Indonesia, tampaknya belum memiliki tradisi mencatat. Apalagi mendokumentasikan secara rinci tindak kekerasan yang pernah dialami wartawan/wartawati dari awal kebangkitan pers nasional. Kalau pun toh ada, catatan dan studi mengenai pembredelan pers di Indonesia, itu pun dilakukan oleh bangsa lain. 

Edward C. Smith menggali informasi di tengah kelangkaan data mengenai kasus pembredelan pers dan kemudian diterjemahkan Atmakusumah, 26 tahun lalu. Dalam desertasinya A History of Newspaper Suppression in Indonesia, Smith mengkaji pembredelan pers dengan perspektif sejarah  terhadap tekanan pers, penyebaran gagasan-gagasan politik dan perubahan kondisi politik dari tahun 1949-1965. 

Meskipun Smith telah banyak berjasa dalam membukukan sejarah pembungkaman pers melalui kekerasan, namun kehadiran pemikiran historiografisnya masih belum lengkap benar.  Kenapa?  Karena, penelitian yang telah dilakukannya, tampak belum menyentuh dimensi kekerasan secara mendetail yang pernah dialami oleh para wartawan dalam menjalankan misi jurnalistiknya. Dan yang paling penting, saya kira, bahwa kita telah kehilangan sebuah mata rantai  tradisi catat-mencatat dan membuat dokumentasi ilmiah mengenai: tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik, terhadap pers yang dilakukan penguasa. 

Sejarah mencatat setiap tindak kekerasan yang dilakukan untuk membungkam hak kebebasan bersuara dan menyebarluaskan suatu peristiwa berdasarkan fakta, akan membuahkan perlawanan yang berujung pada pelecehan, penistaan, pelanggaran hak dan martabat azasi manusia.  Dan kita telah membuat kesalahan dengan tidak mencatat pergulatan sejarah dalam melawan upaya kesewenangan penguasa, yang acap bertindak antagonis, membungkam pers di Indonesia. (Eddy J Soetopo, Direktur Eksekutif Institute for Media and social Studies IMSS dan Pemimpin Redaksi sarklewer.com)

Tags: #buku#headline#jurnalis
SendShare9Tweet6
Previous Post

Gadis Kediri Pemenang Kompetisi Dangdut Suara.com Rilis Single Perdana

Next Post

Motif Batik Khas Kediri Perlu Dipatenkan

Next Post
Motif Batik Khas Kediri Perlu Dipatenkan

Motif Batik Khas Kediri Perlu Dipatenkan

Menonton Kehidupan Orang Jawa Kuno Melalui Relief Candi Tegowangi

Menonton Kehidupan Orang Jawa Kuno Melalui Relief Candi Tegowangi

Discussion about this post

Kediripedia Beriklan

PILIHAN REDAKSI

Ketika Para Bajingan Turun ke Desa

Ketika Para Bajingan Turun ke Desa

8 Juni 2022
826
Bedug Kediri Jadi Alat Musik Perkusi di Brazil

Bedug Kediri Jadi Alat Musik Perkusi di Brazil

26 April 2022
2.2k

JELAJAHI

  • BISNIS (59)
  • DESTINASI (60)
  • EDUKASI (45)
  • KOMUNITAS (141)
  • KULTUR (158)
  • PEOPLE (101)
  • SURYAPEDIA (73)
  • Uncategorized (1)
  • Video (2)
Currently Playing

Bariklana Tour, Satu satunya Biro Travel yang Berhasil Menembus Lokasi Perang Badar

Bariklana Tour, Satu satunya Biro Travel yang Berhasil Menembus Lokasi Perang Badar

Video

Kaos Gaple, Kaosnya Orang Kediri

Video
Currently Playing
Kediripedia.com

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

KERJASAMA

  • Tentang Kami
  • Aturan Penggunaan

SOSIAL MEDIA

No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In