PETIKAN gitar penuh improvisasi, menyatu dengan tiupan saksofon yang terdengar ritmis. Harmonisasi keduanya diperkaya betotan walking bass serta ketukan drum upbeat. Nada-nada yang menjadi ciri khas musik jazz ini mengalun di acara bertajuk Jazz Brantas #2 di Taman Brantas, Kota Kediri pada Sabtu, 5 November 2021.
Kuba Skowronski, peniup saksofon asal Polandia membuat pertunjukan musik di tepian Sungai Brantas terasa semakin mendayu-dayu. Improvisasi solo saksofon Kuba berpadu dengan duet penyanyi berkarakter suara berat seperti Nita Aartsen dan Mike Delfero. Bagi penggemar jazz di Indonesia, nama-nama tersebut tentu sudah tak asing. Mereka kerap berkolaborasi dengan musisi kenamaan tanah air seperti Indra Lesmana dan Tompi.
Ketika para musisi itu memainkan lagu cheek to cheek dari Louis Amstrong, suasana seperti terbawa ke sebuah kawasan bernama New Orleans di Amerika Serikat. Pada abad 19, di wilayah itu genre jazz lahir dari teriakan protes budak-budak Afrika. Karya dari Louis Amstrong, peletak dasar musik jazz ini dilantunkan di acara Jazz Brantas #2 dengan amat ekspresif.
“Pertunjukan jazz digelar di Kediri, dengan harapan kawasan ini mendapat perhatian dari dunia internasional,” kata Bambang Iswahyoedhi atau yang akrab disapa Benk Ibra, konseptor acara Jazz Brantas.
Menurutnya, karakter musik jazz amat kolaboratif. Pola nadanya bisa disesuaikan dengan beragam genre. Dangdut, rock, campursari, keroncong, dan berbagai musik tradisional lainnya bisa diaransemen ke dalam alunan nada jazz. Sehingga, bisa diterima masyarakat dari segala kalangan.
Dalam gelaran Jazz Brantas #2, ada sejumlah tembang tradisional yang dimainkan. Di antaranya, lagu keroncong berjudul Di Bawah Sinar Rembulan milik Sundari Sukotjo dan lagu dari Ambon, Sio Mama. Karya-karya tersebut dimainkan Kuba bersama pemusik dari Amsterdam, Belanda. Selain Nita dan Mike, ada juga Alexsender di Piano dan Olaf Keus yang bermain drum. Sedangkan band pengiring diisi para musisi yang kerap tampil di jazz internasional, di antaranya Michael Ananda dan Cicilia.
“Sepintas musiknya terdengar aneh, tapi asyik. Saya senang bisa melihat langsung penampilan para musisi dunia,” kata Dimas Eka Wijaya, salah seorang penonton asal Kediri.
Perhelatan Jazz Brantas kedua ini dikonsep berbeda dengan tahun sebelumnya. Tersebab masih di masa pandemi Covid-19, acara diselenggarakan secara virtual. Jika terdapat penonton yang hadir di venue acara, jumlahnya dibatasi hanya 100 orang saja. Tamu undangan itu diharuskan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan menggunakan aplikasi PeduliLindungi.
“Acara Jazz Brantas ini bisa menjadi contoh ke depan tentang cara kita melakukan pertunjukan musik di tengah pandemi,” ujar Abdullah Abu Bakar, Wali Kota Kediri.
Dia menambahkan, acara ini merupakan upaya terus membangkitkan industri kreatif di Kota Kediri. Dari kegiatan semacam inilah harapannya roda ekonomi bisa terus digerakkan. Sebab, industri kreatif adalah salah satu sektor yang paling menurun selama pandemi.
Terselenggaranya Jazz Brantas #2, bisa dibilang sukses mengobati rindu masyarakat Kota Kediri pada event pertunjukan musik, khususnya pecinta musik jazz. Meski digelar secara virtual, hal itu tidak mengurangi antusias masyarakat.
Hadirnya musisi jazz muda Indonesia Ardhito Pramono yang tampil di puncak acara berhasil menyedot perhatian masyarakat. Tercatat sedikitnya 22 ribu orang telah menyaksikan Jazz Brantas #2 melalui kanal YouTube Abdullah Abu Bakar. Ardhito yang mengusung genre swing jazz membawakan sejumlah karya populernya. Misalnya, Say Hello, Fine Today, 925, Sudah, I Just Couldn’t Save You Tonight, Superstar, dan Bitterlove.
“Semoga ke depan Jazz Brantas bisa terus diselenggarakan, dan bisa sejajar dengan acara seperti Java Jazz, Jazz Gunung, Prambanan Jazz, maupun Jazz Atas Awan,” kata Eko Sumarsono, musisi asal Kediri yang telah malang-melintang di dunia jazz tanah air.
Jazz Brantas harapannya menjadi event tahunan yang menarik banyak orang ke Kota Kediri. Apalagi akan ada tol dan bandara di Kediri, sehingga peluang mendatangkan musisi nasional dan internasional semakin terbuka. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post