CITRA negatif yang membelenggu Kelurahan Semampir, Kota Kediri sebagai kawasan prostitusi perlahan mulai lenyap. Aktivitas pelacuran di tepi Sungai Brantas itu sudah berhenti total ketika ratusan rumah, warung, dan bangunan semi-permanen dirobohkan pada 2016. Memasuki tahun ketujuh sejak peristiwa penggusuran, tak tampak gejala lokalisasi Semampir akan bergeliat kembali.
Lahan bekas lokalisasi seluas dua kali lapangan sepak bola itu kini difungsikan sebagai hutan kota atau Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pada 2017, Pemerintah Kota Kediri melakukan penghijauan dengan menanam 670 pohon. Terdiri dari tujuh jenis tumbuhan yakni ketapang kencana, tabebuya kuning, tabebuya putih, sepatu dea, trembesi, kigelia, serta pule.
Area RTH Semampir yang masih dipenuhi pepohonan itu memang belum bisa menunjang kegiatan masyarakat. Namun, pemerintah berencana membangun sejumlah fasilitas di lahan tersebut pada 2023. Rancangan konsep yang diusung yaitu menjadikan bekas lahan prostitusi menjadi taman rekreasi masyarakat, olahraga, dan edukasi yang bisa mendongkrak ekonomi warga.
“Di sebelah selatan jembatan semampir akan dibangun taman dan spot UMKM, sedangkan di utara, ada lapangan olahraga seperti basket, futsal, dan jogging track,” kata Rizky Yudadiantika, Kepala Kelurahan Semampir, Senin 2 Januari 2023.
Upaya kelurahan dan masyarakat melepas stigma negatif kawasan Semampir sejatinya sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Salah satunya, membangun ruang kreativitas dan kemandirian warga lewat Kampung Dolanan pada 2019.
Setiap hari Minggu, warga di dekat eks-lokalisasi menggelar festival yang dipersembahkan bagi anak-anak. Sayangnya, program ini sempat berhenti selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.
Dalam perkembangannya, konsep Kampung Dolanan sedikit diubah dan berganti nama menjadi “Semampir Riverside”. Menempati lokasi bekas lahan pasar ikan, ada sejumlah fasilitas yang kini sudah berdiri. Di antaranya taman bermain, flying fox, perosotan, jungkat-jungkit, wall climbing, serta pusat kuliner.
“Program ini mengusung konsep edukatif yang ramah anak,” kata Rizky.

Sejumlah upaya menghapus stigma negatif itu mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Kebanyakan dari mereka sudah lelah hidup berdampingan dengan aktivitas pelacuran selama puluhan tahun.
“Citra buruk Semampir yang masih identik dengan prostitusi harus sepenuhnya dihilangkan,” kata Sri Wahyuni, salah seorang warga Semampir.
Dia menambahkan, kesan negatif tersebut akan berdampak pada pertumbuhan anak. Stigma itu membuat anak-anak Semampir kerap menerima bully saat bersekolah. Mereka dicemooh karena tinggal di dekat lokalisasi. Perempuan 58 tahun ini sangat bersyukur dengan rencana pengembangan area bekas lokalisasi. Dia berharap proyek bisa cepat diselesaikan, karena jika lahan dibiarkan kosong, dia khawatir akan digunakan kembali untuk kegiatan yang tidak baik. (Arya Gilang Saputra)
Discussion about this post