LELAKI itu duduk memegang dagu, sejenak terdiam mengamati hasil lukisannya. Tak lama kemudian, ujung kuas kembali dicolekkan ke palet cat akrilik, lalu melanjutkan goresan ke kain kanvas.
Ruslan, pelukis asal Kediri, Jawa Timur ini dengan cermat memberi detail warna pada lukisan berukuran 120×200 cm. Sapuan kuas digerakkan perlahan membentuk wajah para petani, padi yang menguning, rumput liar di pematang sawah, hingga pegunungan yang terlihat dari kejauhan.
“Lukisan ini saya kerjakan selama satu bulan, alhamdulillah sore ini sudah selesai,” kata Ruslan ketika ditemui Kediripedia.com di sanggar lukisnya di Desa Dawung, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, pada Rabu 28 Juni 2022.
Karya bertema kehidupan petani desa itu sangat realistik, menyerupai hasil foto jepretan kamera. Tak heran jika nama Ruslan kini dikenal sebagai salah satu pelukis realis populer di Indonesia. Selama 30 tahun berprofesi sebagai pelukis, entah sudah kemana saja produk kreatifnya itu beredar.
Hampir seluruh karya Ruslan berkisah tentang kehidupan masyarakat di pedesaan. Mulai dari gerobak yang ditarik dua ekor sapi, anak-anak menangkap ikan di sungai, serta petani yang memandikan kerbau. Setiap karya itu terdapat nilai-nilai humanisme yang diceritakan lewat lukisan.
Dalam sebulan, dia sanggup memproduksi 2 lukisan. Tiap karya dibandrol harga beragam, mulai dari 27 juta hingga 35 juta rupiah.
Diproduksi di kawasan pedalaman Kediri Selatan, lukisan Ruslan dikoleksi sejumlah tokoh dan pejabat. Di antaranya, Kepala Densus 88 Irjen Pol Martinus Hukom; Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Tokoh politik yang pernah memesan karya Ruslan salah satunya Akbar Faizal, anggota DPR RI periode 2014-2019.
“Waktu pak Kepala Densus 88 berkunjung kesini, orang-orang di desa mengira saya jadi teroris,” ujarnya sembari tertawa.
Ruslan bercerita jika tak menyangka lukisannya menarik perhatian berbagai kalangan. Dia tak pernah mengeyam pendidikan seni dari jalur akademis. Kepiawaian mengkombinasi warna dan menggambar pola lukisan dipelajari secara otodidak. Pendidikan terakhirnya hanya sekolah menengah pertama. Bahkan, dia sempat beberapa tahun bekerja sebagai kuli bangunan dan buruh tani.
Inspirasi terbesar Ruslan terjun ke dunia lukis berawal ketika menonton siaran televisi tentang kiprah M Sochieb. Dia adalah pelukis asal Surabaya yang kerap memvisualkan kisah-kisah pertempuran 10 November.
Pada tahun 1989, Ruslan nekat merantau ke Surabaya. Di kota pahlawan itu Ruslan bekerja sebagai buruh pabrik kaca. Saat akhir pekan, dia mencari tempat tinggal M Sochieb.
“Setelah ketemu rumahnya, saya memohon untuk diterima sebagai murid,” kenangnya.
Dua tahun di rumah M Sochieb, Ruslan mengaku tak langsung diajari melukis. Di awal belajar , dia bertugas memotong kanvas dan bingkai lukisan.
Ketika keterampilan sudah mumpuni, Ruslan memutuskan bekerja penuh sebagai pelukis profesional pada 1992. Dia bekerja di sebuah galeri di Surabaya, dan mantap menggantungkan penghasilan dari melukis.
Dari bekerja di galeri, dia banyak berkenalan dengan pelukis dari berbagai daerah di Indonesia. Hubungan tersebut juga membuka kesempatan mengikuti berbagai pameran seni tingkat nasional. Di antaranya di Jakarta, Solo, dan Surabaya.
Ruslan secara rutin memamerkan karyanya. Mulai dari lukisan bergenre naturalis, realis, maupun surealis. Dari situlah kiprahnya sebagai pelukis nasional mulai diperhitungkan. Saking populernya, lukisan karya Ruslan bahkan beberapa kali dijiplak lalu dijual kembali.
“Sekarang teknologi sudah maju, lukisan saya pernah difoto lalu dicetak di kanvas, persis seperti lukisan asli. Nah, itu jahat sekali,” ujar ayah 4 anak ini.
Aktivitas keseharian Ruslan kini banyak dihabiskan di sanggar yang terletak di belakang rumah. Setiap dua minggu sekali, galeri tersebut ramai anak-anak yang hendak belajar melukis.
Pada 2019, Ruslan mendirikan yayasan pendidikan bersama pelukis muda di Kediri dan sekitarnya. Bernama Yayasan Kampung Lukis Ruslan, lembaga itu membuka kesempatan bagi siapa saja untuk belajar melukis. Dalam waktu dekat, Ruslan juga akan membuka wisata bertema lukisan 3 dimensi, yang harapannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi warga desa. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post