PERTUMBUHAN jumlah manusia urban di suatu kawasan, selalu dibarengi dengan berkurangnya lahan pertanian. Tanah yang semula berupa ladang, kebun, serta area persawahan, digantikan gedung dan permukiman. Di tengah laju peradaban yang sepertinya mustahil dihentikan, dunia pertanian harus tetap menjadi sandaran.
Berbagai upaya menyelamatkan komoditas di sektor pertanian, kini tengah marak dikembangkan. Salah satu metode yang populer yaitu hidroponik. Melalui sistem ini, keterbatasan lahan bukan lagi hambatan untuk bercocok tanam. Jika cara konvensional bertumpu pada tanah sebagai media tanam, budidaya hidroponik lebih banyak menggunakan unsur air.
“Hampir semua jenis tumbuhan sayur-sayuran bisa dikembangkan dengan sistem hidroponik,” kata Dianita Risky, pegiat tanaman hidroponik, Senin, 12 Oktober 2020.
Di rumahnya yang terletak di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, dia menanam beragam sayuran hortikultura. Antara lain, bayam merah, bayam hijau, selada hijau, selada merah, dakota, dan samhong.
Perempuan 25 tahun ini mengubah loteng yang sebelumnya kosong dan tak terpakai, menjadi ruangan dengan konsep green house. Adanya green house akan melindungi tanaman terhadap cuaca panas, dingin, angin, dan hujan. Pertumbuhan hama dan penyakit juga dapat dikendalikan secara maksimal.

Selain menghemat tempat, kelebihan dari metode hidroponik yaitu sangat higienis dan efisien. Kandungan gizi sayuran juga tidak berkurang, karena bebas pestisida. Hidroponik mampu menghasilkan tanaman berkualitas karena terhindar dari hama penyakit yang berasal dari tanah.
“Kunci dari budidaya hidroponik terletak di pupuk atau pemberian nutrisi ke tanaman,” ujar Riskiy.
Dia melanjutkan, karena media tanam yang menggunakan air, maka pupuk yang dibutuhkan tidak boleh sembarangan. Nutrisi harus mudah diserap agar tidak meracuni tanaman. Dia memanfaatkan pupuk jenis AB Mix yang mengandung unsur kalium, sulfat, dan fosfat. Proses memupuk sayuran hidroponik dilakukan sebanyak 2 kali sehari, pagi dan sore.
Sedangkan perawatan berupa penyiangan cukup satu kali sehari. Di media tanam berbentuk pipa paralon itu, aliran air tidak boleh berhenti. Sirkulasi air hanya boleh dimatikan saat malam hari.
“Wawasan tentang budidaya hidroponik saya pelajari sejak duduk di bangku kuliah,” kata Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya itu.

Riskiy semakin tertarik mendalami metode ini saat dia menulis skripsi tentang hidroponik. Pengetahuan yang didapatkan saat kuliah diperdalam lagi bersama komunitas Hidroponik Kediri. Di wadah itu mereka saling bertukar ide dan update terbaru soal budidaya hidroponik.
Bisnis sayuran ini dirintis Risky sejak bulan Maret 2020. Dia tidak menyangka jika usaha yang dimulai dengan bermodalkan perlengkapan sederhana itu berkembang dengan cepat. Pesanan yang semakin hari kian meningkat, dia memberanikan diri untuk melengkapi bisnisnya dengan infrastruktur pendukung. Upaya itu dilakukan agar sayap bisnis semakin mengembang.
Modal keseluruhan untuk membangun bisnis ini mencapai 12 juta rupiah. Anggaran tersebut digunakan untuk membeli paralon, pompa air, aquarium, benih, pupuk, dan ongkos pekerja.
Dalam sebulan, omzet yang dihasilkan mencapai 500 ribu hingga 1 juta rupiah. Untuk strategi pemasaran, Riskiy menggandeng sejumlah pihak seperti toko terdekat dan swalayan. Dia juga memasarkan produknya di market place media sosial.

Dia meyakini jika hidroponik adalah salah satu solusi alternatif pertanian di masa depan. Melalui sistem hidroponik, pertumbuhan tanaman lebih cepat, lebih bergizi, dan perkembangannya dapat diawasi. Selain itu, hidroponik memungkinkan semua jenis sayuran dapat dibudidayakan. Baik itu sayuran daun, sayuran buah, bahkan tanaman hias dan tanaman herbal seperti ginseng, mint, dan binahong. (Moch. Hafidz Mubashir, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post