• HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
Saturday, 30 September 2023
Kediripedia.com
Advertisement Banner
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Secuil Kisah Perjuangan Petani Kopi di Lereng Gunung Arjuna

    Secuil Kisah Perjuangan Petani Kopi di Lereng Gunung Arjuna

    Toko Kelontong Buka 24 Jam Mulai Merangsek ke Kediri

    Toko Kelontong Buka 24 Jam Mulai Merangsek ke Kediri

    Tutor Kampung Inggris Jadi Pemandu Termuda Pendakian Gunung Everest

    Tutor Kampung Inggris Jadi Pemandu Termuda Pendakian Gunung Everest

    Dari Aktivis Mahasiswa Menjadi Modifikator Mesin Vespa

    Dari Aktivis Mahasiswa Menjadi Modifikator Mesin Vespa

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Secuil Kisah Perjuangan Petani Kopi di Lereng Gunung Arjuna

    Secuil Kisah Perjuangan Petani Kopi di Lereng Gunung Arjuna

    Toko Kelontong Buka 24 Jam Mulai Merangsek ke Kediri

    Toko Kelontong Buka 24 Jam Mulai Merangsek ke Kediri

    Tutor Kampung Inggris Jadi Pemandu Termuda Pendakian Gunung Everest

    Tutor Kampung Inggris Jadi Pemandu Termuda Pendakian Gunung Everest

    Dari Aktivis Mahasiswa Menjadi Modifikator Mesin Vespa

    Dari Aktivis Mahasiswa Menjadi Modifikator Mesin Vespa

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
Kediripedia.com
Home PEOPLE

Merakit Sepeda dari Limbah untuk Berziarah ke Makam Marsinah

13 Aug 2020
in PEOPLE
Reading Time: 4 mins read
16
Merakit Sepeda dari Limbah untuk Berziarah ke Makam Marsinah
123
VIEWS
Teruskan ke WhatsappBagikan ke FacebookCuitkan ke Twitter

BERBARENGAN dengan meningkatnya tren gowes di masa pandemi Covid-19, toko-toko sepeda kini dibanjiri pembeli. Bahkan, saking tingginya permintaan membuat harga sepeda semakin mahal. Uniknya, kondisi itu justru mendorong munculnya ide kreatif. Salah satunya, merakit sepeda dari limbah besi tua.

Di tengah situasi ekonomi yang sedang menurun, barang-barang bekas bisa jadi pilihan alternatif. Itu adalah solusi jika tidak memungkinkan membeli sepeda baru. Seperti yang dilakukan Imam Syafi’i, salah seorang warga Desa Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Jelajahi pustaka Kediripedia

Ekspedisi Indonesia Baru Finis

Mahasiswa Kediri Menjadi Finalis Duta Maritim Indonesia

Gadis Tunanetra Asal Kediri Menjuarai Lomba Baca Quran di Dubai dan Nigeria

“Kalau yang bekas masih layak digunakan, kenapa harus beli yang baru,” ujar pria yang akrab disapa Pollo, Kamis, 13 Agustus 2020.

Dia meyakini bahwa bersepeda tidak harus mahal. Untuk mendapatkan kerangka dan onderdil sepeda, Pollo berkunjung ke sejumlah pengepul rongsokan di kawasan Kediri selatan.

Advertisement Banner

Di lokasi itu, barang bekas yang berkaitan dengan sepeda dapat ditemukan dengan mudah dan murah. Misalnya, onderdil seperti kerangka, roda, rantai, dan setang; hingga printilan bernuansa vintage yang langka. Semuanya bisa dibeli melalui sistem hitung kiloan. Per kilogramnya dikenakan biaya sekitar 5 ribu hingga 10 ribu rupiah.

 “Jika lagi mujur biasanya bisa dapat barang dengan kualitas lebih bagus,” kata pemeran Sukirman (Kirman) di film Air Mata di Ladang Tebu ini.

Menurutnya, membeli suku cadang sepeda bekas tidak hanya menghemat uang. Hal yang lebih penting adalah melestarikan benda tua, sekaligus memperpanjang unsur kegunaan sebuah komponen.

Imam Syafi’i atau yang akrab disapa Pollo. (Foto: fb Arrofi’u Iman P)

Sekitar dua bulan yang lalu, Pollo berhasil membawa pulang frame sepeda produksi Jerman. Konstruksi rodanya berukuran 24, sedangkan bentuk rangkanya menyerupai sepeda jengki.

Proses restorasi sepeda Jerman tidak terlalu sulit. Jika di pengepul rosok tidak ditemui suku cadang yang diperlukan, dia akan berbelanja ke pedagang sepeda bekas.

Salah satunya, di lapak milik Purwanto di Desa Srikaton, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Di tempat itu, segala kebutuhan onderdil sepeda dari berbagai jenis maupun keluaran tahun dapat dijumpai. Harganya pun cukup murah.

Baca juga:
Raja Sepeda Bekas dari Kediri

Dalam proses restorasi, segala printilan yang menempel di badan sepeda miliknya merupakan barang bekas. Satu-satunya onderdil yang dibeli dari toko hanya sepasang ban. Dari tahap membeli rangka, onderdil, pemasangan, hingga siap jalan; biaya yang dihabiskan hanya sebesar 250 ribu rupiah.

“Ada rasa puas yang sulit dijelaskan ketika berhasil merakit sepeda dari barang rombeng,” kata Polo.

Usai sepeda telah siap digunakan, dia kerap menggunakannya gowes keliling desa. Pada Minggu 16 Agustus 2020, dia akan bersepeda ke makam Pahlawan Buruh Marsinah; menempuh jarak 53 kilometer ke Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk.

Marsinah adalah seorang aktivis dan buruh pabrik zaman pemerintahan Orde Baru. Dia diculik lalu terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Dalam misi gowes dan berziarah ke makam Marsinah, Pollo akan ditemani kedua sahabatnya, Muhammad Basuki Abbas dan  Fahreza Yudith Rahendra.

Muhammad Basuki Abbas. (Foto: Fb Abbas Tok Tok)

Selain Polo, upaya merakit sepeda dari limbah juga dilakukan Nur Huda. Bukan sepeda buatan Jerman, melainkan kereta angin produksi Jepang bermerk Fujiwara. Sepeda tipe balap itu juga dibeli dalam bentuk frame dari tempat rosok.

Menariknya, tak berselang lama setelah direstorasi, ada seorang kawan yang berminat membeli sepeda tersebut. Huda tak menyangka, merakit sepeda dari limbah ternyata bisa dijadikan sumber bisnis baru di tengan wabah corona.

“Saya berencana merakit sepeda dari barang bekas dengan jenis yang berbeda, siapa tahu bisa laku lagi,” ujar lelaki yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Mantenan, Blitar.

Fahreza Yudith Rahendra. (Foto: FB Fafa)

Menurutnya, selain menyenangkan, upaya merakit sepeda bekas juga dapat menopang kelangsungan para pelaku bisnis lainnya. Di antaranya, pada pedagang printilan maupun bengkel penyedia jasa reparasi sepeda.

Dia meyakini, pemanfaatan dan pengelolaan barang bekas akan menjadi gaya hidup masyarakat modern. Sebab, semakin maju peradaban pasti dibarengi kesadaran tentang efektifitas, kesederhanaan, dan penghematan demi kelangsungan hidup yang berkelanjutan.

Nur Huda terpaksa tidak bisa mengikuti Polo berziarah ke makam Marsinah karena sepedanya laku. Namun dalam waktu dekat, dia berupaya keras merakit kembali sepeda dari bahan limbah. (Kholisul Fatikhin)

Tags: #headlinebesi tualimbahmarsinahsepeda
SendShare9Tweet17
Previous Post

Vonis Diananta, Isyarat Kematian Pers Indonesia

Next Post

Relawan Uji Coba Vaksin Corona Adalah Orang-orang yang Berani dan Tanpa Pamrih

Next Post
Relawan Uji Coba Vaksin Corona Adalah Orang-orang yang Berani dan Tanpa Pamrih

Relawan Uji Coba Vaksin Corona Adalah Orang-orang yang Berani dan Tanpa Pamrih

Wakil Rakyat yang Mengabadikan Perjalanan Dinas Lewat Gambar Sketsa

Wakil Rakyat yang Mengabadikan Perjalanan Dinas Lewat Gambar Sketsa

Discussion about this post

JELAJAHI

  • BISNIS (64)
  • DESTINASI (61)
  • EDUKASI (49)
  • KOMUNITAS (147)
  • KULTUR (164)
  • PEOPLE (104)
  • SURYAPEDIA (76)
  • Uncategorized (1)
  • Video (2)
Kediripedia.com

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

KERJASAMA

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Aturan Penggunaan

SOSIAL MEDIA

No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In