MUSIK gamelan Jawa mengiringi pembacaan puisi bertema kemerdekaan. Di atas panggung, Inge dan Naufal bersahut-sahutan melantunkan syair sambil menangis dan berteriak. Penampilan ekspresif serta penuh penghayatan itu seperti membius mata penonton agar fokus ke arah panggung.
Lantunan puisi dari siswa SMAN 1 dan SMAN 8 Kota Kediri ini membuka Safari Sastra Yudhistira IV. Acara bertajuk “Menyalakan Api Sastra di 5 Kota Selatan” itu digelar di Warung Setono Goerih, Kota Kediri pada Minggu, 10 September 2023.
Suasana di gedung kesenian itu makin terasa sakral ketika Yudhistira Andi Noegraha Moelyana Massardi, naik ke panggung. Sastrawan yang akrab disapa Yudhis itu tak terlalu menggebu-gebu saat membacakan puisi. Nada bicaranya halus ketika melantunkan syair bertema cinta, namun seketika meninggi saat membaca puisi tentang politik.
“Puisi sudah menjadi bagian dari hidup saya, membaca puisi bagi saya seperti bernafas,” kata Yudhis.
Menurut ayah dari vokalis grup band Barasuara, Iga Massardi ini, Safari Sastra merupakan bentuk romantisme. Di dalam puisi bertema cinta dan harapan, ada upaya menumbuhkan perdamaian. Selain itu, terdapat misi membangkitkan literasi.
Penulis novel “Arjuna Mencari Cinta” ini tampil membacakan 10 puisi. Mulai dari Balada Seorang Calon, Gorinik, Aku Melihat, Ketika Dosa Jadi Doa, Di Cangkir Kopiku, Ketika Kata-kata, Dari Sebuah Cafe, Di Sabana Seekor Kuda, 70 (HUT Yudhistira), dan Sunyi Melukai. Puisi-puisi itu tergolong masih baru dan belum dibukukan.
Selama terjun ke dunia sastra, Yudhis sudah menulis 4 cerpen, 7 novel, dan ratusan puisi. Lahir di Subang, Jawa Barat, pada 28 Februari 1954, Yudhis mempunyai saudara kembar bernama Noorca Massardi. Noorca kini aktif di Lembaga Sensor Film (LSF), sama seperti Yudhis, dia juga menekuni dunia sastra.
Pada acara Safari Sastra IV di Kota Kediri, Yudhis tidak tampil sendirian. Sastrawan ini pentas ditemani Siska Yudhistira dan Trio Gayatri yang terdiri dari Eki Naufal Fauzi , M. Rizal, dan Nadzar Tohary. Mereka kerap menemani Yudhis di acara Safari Sastra pada edisi sebelumnya.
“Saya sangat mengapresiasi Safari Sastra ini. Karena sudah jarang Kediri disinggahi sastrawan Indonesia,” kata Erick Indranatan, salah satu budayawan Kota Kediri.
Menurutnya, acara seperti ini perlu diperbanyak. Kedatangan tokoh sastra ke Kediri harapannya dapat memantik semangat muda mencintai dunia sastra. Lebih jauh, di kemudian hari ada sastrawan yang lahir dari Kediri.
“Lewat acara ini semoga ruang sastra di Kediri semakin bertambah, mengingat beberapa tahun terakhir gairah sastra mengalami kemunduran,” ujar Nono Mudjiono, koordinator acara Safari Sastra di Kediri.
Dia berharap, acara ini menjadi momentum kebangkitan sastra di kawasan yang dibelah arus Sungai Brantas ini. Terselenggaranya Safari Sastra berhasil menyedot antusiasme dari berbagai kalangan. Mulai dari seniman-budayawan, pegiat sastra, pelajar SMA, serta mahasiswa. Sekitar 70 orang hadir menyaksikan penampilan puisi itu.
Perhelatan Safari Sastra Yudhistira tak berhenti di Kota Kediri. Kegiatan yang didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan Dirjen dan Djarum Foundation Bakti Budaya ini terus berlanjut ke daerah lain di Jawa Timur. Setelah Kediri, acara dilanjutkan di Pendopo Lotus Garden, Tulungagung, Minggu 10 September 2023; Kampus STITMA Blitar dan Kampus STKIP Trenggalek pada Senin 11 September 2023; dan Selasa 12 September 2023 di Kampus STKIP Pacitan. (Moh. Yusro Safi’udin)
Discussion about this post