DALAM periode setahun sekali, ikan-ikan di Sungai Brantas tiba-tiba amat mudah ditangkap. Ribuan warga memanfaatkan kesempatan itu dengan mengambil ikan sebanyak mungkin menggunakan jala, cikrak, dan keranjang bambu. Bahkan, ikan yang hanya mengambang di permukaan air bisa diambil dengan tangan kosong.
Pesta ikan masyarakat Malang, Blitar, Tulungagung, dan Kediri ini populer dengan sebutan Pladu. Ikan Sungai Brantas mudah diambil karena dalam kondisi mabuk. Situasi itu terjadi akibat kegiatan pembersihan endapan lumpur atau flushing di Waduk Wlingi Karangkates dan Lodoyo Blitar.
Air bervolume besar digelontor ke dasar waduk, kemudian pintu air dibuka untuk proses pengeringan. Aliran Sungai Brantas yang telah bercampur lumpur pekat membuat ikan-ikan teler. Saat pladu, arus Brantas menjadi lebih kencang. Kondisi itu membuat warga tidak ada yang berani masuk ke sungai. Mereka hanya mengais ikan dari pinggiran sungai saja.
Dua tahun terhenti akibat pandemi covid-19, tradisi pladu Sungai Brantas kembali digelar Selasa, 22 Maret 2022. Ribuan warga di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas menyambut antusias momen tersebut. Salah satunya, di dekat Jembatan Brawijaya, Kota Kediri. Anak-anak, orang dewasa, hingga lansia, berdiri berjejer di pinggiran sungai sambil berebut ikan.
“Hasilnya lumayan, bisa buat lauk makan,” kata Anto, salah seorang warga asal Desa Gurah, Kabupaten Kediri.
Bapak tiga anak itu menerangkan jika tradisi pladu sudah diikutinya sejak masih remaja. Hampir tiap tahun dia tak pernah absen. Sore itu dia mendapat berbagai jenis ikan seperti gurame, nila, wader, dan udang.
Ketika tradisi pladu, sebagian masyarakat juga mengundang warga daerah lain untuk ikut berburu ikan. Misalnya, Fareza Yudit Razhendra, salah seorang pencari ikan dari Desa Sambi, Kediri. Dia mengakomodir sejumlah rekannya asal Nganjuk dan Kertosono ke aliran Brantas di wilayah Selokajang, Blitar. Berangkat pada dini hari, lelaki yang akrab disapa Fafa itu berhasil mendapat beberapa ikan nyaris seukuran paha orang dewasa.
“Biasanya bisa dapat yang lebih besar lagi,” ujar Fafa.
Dia menambahkan, ikan yang lazim didapat saat pladu di antaranya lele, kutuk, bader, dan tombro. Akan tetapi, ada masyarakat lain yang menangkap ikan pari tawar dan rengkik. Ikan rengkik adalah ikan asli Sungai Brantas yang kini sudah mulai langka. Kebanyakan warga memanfaatkan ikan hasil pladu untuk dikonsumsi sendiri. Namun, ada juga yang dijual ke pasar atau ke warga lain. (Ryan Dwi Candra, Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post