Perjalanan panjang Kediri melahirkan banyak hal yang kelak mengawali keberlangsungan sejarah berikutnya. Seperti arus sungai yang susul-menyusul, sejarah Kediri bergerak dalam lapisan-lapisan tebal, panjang, kerap tak saling berhubungan. Salah satu noktah yang turut mewarnai peradaban yang beragam itu adalah sosok Tan Khoen Swie, lelaki Cina yang turut memahatkan keniscayaan berubahnya tradisi lesan ke dalam tradisi tulis. Bagaimana sepak terjang Tan di semak-belukar sejarah Kediri, Dwidjo U. Maksum melakukan penelusuran yang kemudian diracik secara bersambung untuk para pembaca kediripedia.com di manapun berada.
Menurut Gani, tak ada yang tahu persis kapan Tan Khoen Swie dilahirkan. Namun dari berbagai referensi, diperkirakan Tan lahir di Wonogiri, Jawa tengah sekitar tahun 1833, dan meninggal pada tahun 1953 di Kediri. Jasadnya disemayamkan di bong (pemakaman) Cina di lereng Gunung Klotok, Kota Kediri.
“Menurut cerita para sesepuh keluarga kami, Tan Khoen Swie adalah pengurus Kioe Kok Thwan, organisasi masyarakat Tionghoa di Kediri,” kata Gani.
Sebelum datang ke Kediri, Tan bekerja sebagai tukang rakit penyeberangan di Bengawan Solo. Dia tak pernah mengenyam pendidikan di sekolah formal. Kemampuan baca tulis diperoleh dari seseorang yang setiap hari mengajar di Keraton Solo. Setelah mengantar orang menyeberang, Tan Khoen Swie mengintip pelajaran budaya Jawa yang diajarkan di keraton. Suatu hari dia ketahuan mengintip. karena ketika sang guru memberi pertanyaan, tidak ada murid di keraton yang bisa menjawab. Dari atas rakit, Tan Khoen Swie menjawab pertanyaan tersebut, dan benar.
“Oleh sang guru, Tan dipanggil dan disuruh ikut belajar di keraton,” kisah Gani. (Dwidjo U. Maksum) bersambung ~~~
Tulisan selanjutnya:RAMBUT GONDRONG SIMBOL PERLAWANAN (Tulisan III)