DARI dasar kolam seluas 100 meter persegi, air terus mengalir seperti tak putus-putus. Warga di Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, mengenal sendang ini dengan Sumber Ubalan. Nama Ubalan diambil dari bahasa Jawa “mubal”, yang berarti gelembung-gelembung air tak berhenti menyembur meskipun di musim kemarau.
Kolam Ubalan yang berkonstruksi dinding beton dibangun pada zaman Kolonial Belanda. Pada masa itu, sendang berfungsi mengairi perkebunan dan pemasok utama bahan bakar kereta uap. Begitu pentingnya keberadaan sumber ini bagi Belanda, sehingga dibuatkan prasasti atau tugu peringatan. Prasasti yang menempel di gapura setinggi 2 meter itu bertuliskan, “Op den Augustus 1891 is bij den aanleg deze waterleiding de eerste steen geplatst, De Administrateur Ondern Kalassan, Boon”.
“Prasasti itu menyebut tentang peletakan batu pertama bangunan dan konstruksi pipa air di perkebunan Kalasan,” kata Yasin, pengelola wisata Sumber Ubalan, Jumat, 9 April 2021.
Dia menambahkan, sesuai angka yang tertera, prasasti tersebut diresmikan pada tahun 1891 oleh pria Belanda bernama Boon. Dia adalah pejabat Belanda di wilayah perkebunan Kalasan Plosoklaten, salah satu perkebunan besar di masa kolonial.
Sekitar seratus tahun lalu, Sumber Ubalan adalah penopang operasional pabrik tebu, tepung tapioka, dan karung goni. Untuk mengangkut bahan mentah dari perkebunan ke pabrik, Belanda menggunakan kereta uap yang bahan bakarnya berupa air yang diambil dari Ubalan.
Jalur-jalur lokomotif uap itu berada di Dusun Kenthung, Bakung, Simbar Lor, dan Simbar Kidul di kawasan Plosoklaten. Secara geografis, empat area perkebunan itu permukaan tanahnya lebih tinggi dari Ubalan. Sehingga, air harus dialirkan melalui rangkaian pipa besi, lalu didistribusikan ke afdeling yang berdiri sebuah emplasemen.
“Emplasemen adalah tempat pemberhentian kereta uap,” ujar Yasin.
Untuk melancarkan distribusi air, Belanda membuat sistem mikrohidro yang memompa air ke emplasemen. Reruntuhan instalasi air itu masih bisa dijumpai hingga kini. Letaknya kurang lebih 100 meter di sebelah utara Sumber Ubalan.
Meski sudah tidak beroperasi, warga di sekitar Sumber Ubalan berupaya menjaga kelestarian sumber. Termasuk, keaslian prasasti dengan tulisan berbahasa Belanda. Dari awal dibangun hingga saat ini, bentuk tugu tersebut tidak berubah.
“Kalaupun ada renovasi itu pun tidak total. Paling hanya dilakukan pengecatan ulang,” jelas Yasin.
Dia menerangkan, Sumber Ubalan diresmikan sebagai lokasi wisata di Kabupaten Kediri pada 19 Agustus 1995. Selain menjadi lokasi wisata, sendang dengan kedalaman 1,5 meter yang airnya terus mengalir itu kini dimanfaatkan para petani untuk mengairi sawah.
Sedikitnya ada empat desa yang memanfaatkan air dari Ubalan. Di antaranya Desa Kalasan, Jarak, Brenggolo, dan Bangkok.
“Debit airnya tak berubah meski di musim kemarau, sehingga kami tidak pernah kebingungan air,” ujar Sigit, salah seorang petani di Desa Kalasan. (Elisabet Cornilia, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post