JALAN panjang menuju kemerdekaan Indonesia diawali lewat berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Di balik organisasi yang menyemai nasionalisme itu, ada pemuda kelahiran Nganjuk yang menjadi tokoh sentral. Dia adalah dr. Soetomo, dokter yang gemar memberikan pengobatan gratis pada rakyat miskin di era penjajahan Belanda.
Jejak perjuangan dokter dermawan itu dapat dijumpai di Museum dr. Soetomo di Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Di lokasi tersebut, tersimpan sejumlah peralatan medis yang dulu digunakan pria lulusan STOVIA atau sekolah kedokteran Belanda. Stetoskop, meja periksa, nierbeken, dan perlengkapan operasi lainnya, masih terawat dengan cukup baik.
“Bangunan museum ini dulunya adalah rumah milik R. Ng. Singawijaya, kakek dr. Soetomo,” kata Kukuh, Juru Pelihara Museum dr Soetomo, Jumat 9 April 2021.
Dia menambahkan, komplek seluas 2 hektar ini menjadi tempat kelahiran dr. Soetomo pada 30 Juli 1888. Menurut cerita juru pelihara terdahulu, plasenta atau ari-ari Pahlawan Nasional itu ditanam di halaman museum. Di atas lokasi ari-ari kemudian dibangun sebuah patung untuk mengenang perjuangannya.
Di monumen yang memiliki ketinggian sekitar 3 meter, dr. Soetomo digambarkan sedang duduk di kursi. Tangannya diletakkan di atas buku terbuka, sebagai visualisasi sosoknya yang terpelajar. Patung dari bahan perunggu tersebut diresmikan pada 6 Mei 1986 oleh Harmoko, Menteri Penerangan saat itu.
“Sejak berdiri, Monumen Soetomo baru 1 kali direnovasi,” ujar Kukuh.
Pria yang baru 3 bulan menjabat Juru Pelihara itu mengatakan, perbaikan difokuskan di ruang dalam museum. Lantai tempat menyimpan benda-benda bersejarah dibuat lebih tinggi.

Proses renovasi itu juga menghilangkan pendapa kecil di belakang patung. Bangunan bernuansa Jawa tersebut terpaksa disingkirkan dari komplek museum. Pondasi kayu yang menopang konstruksi telah rapuh. Jika dibiarkan maka akan membahayakan pengunjung.
“Museum ini sering menerima kujungan dari anak-anak sekolah,” kata lelaki kelahiran Ngepeh itu.
Sejarah berdirinya museum itu diinisiasi keluarga dr. Soetomo. Pada awal periode dibuka, dulunya pengelolaan dikendalikan oleh pihak keluarga. Namun, kini telah diambil alih Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk. Secara berkala, pengecekan benda-benda bersejarah dilakukan setiap sebulan sekali.
Menurut Kukuh, peyerahan aset bangunan beserta isinya ke pemerintah itu karena sudah tidak ada lagi anggota keluarga dr. Soetomo di Ngepeh. Dari catatan sejarah, Pahlawan Kebangkitan Nasional itu sebenarnya pernah menikah dengan wanita Belanda bernama Everdina Bruring. Sayangnya, pernikahan itu tidak dikaruniai keturunan.
Pertemuan dr. Soetomo dan Everdina berawal ketika Soetomo memutuskan berhenti sejenak dari aktivitas di Boedi Utomo. Berbagai kegiatan di bidang politik digantikan dengan berkeliling ke Jawa sampai Sumatera dalam misi memajukan kesehatan. Ketika membuka pengobatan gratis bagi warga miskin di Blora, Soetomo kepincut dengan kecantikan Everdina yang saat itu bekerja sebagai suster.

Usai menikah, dr Soetomo melanjutkan pendidikan kedokteran di Jerman dan Belanda. Sepulang dari Eropa pada 1924, pergerakan nasional yang diawali dengan berdirinya Boedi Utomo semakin menggeliat. Di tengah rasa nasionalisme yang mulai terbangun itu, Soetomo membentuk organisasi gerakan berbasis pendidikan yaitu Indonesische Studieclub.
Organisasi itu berupaya menumbuhkan kesadaran politik masyarakat. Kebanyakan anggotanya adalah para pelajar. Gerakan ini sempat diikuti Sukarno di Bandung dengan Algemeene Studieclub.
Komunitas yang dibentuk dr. Soetomo kemudian beberapa kali berganti nama. Hingga pada akhirnya, dia mengubah kelompok belajar itu menjadi Partai Indoesia Raya atau Parindra. Tak hanya di urusan politik, Parindra juga bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi. Selain itu, beragam aksi sosial juga berhasil diiniisiasi lewat pendirian beberapa panti asuhan dan rumah sakit.
Jasa dr. Soetomo di bidang pendidikan, politik, dan kesehatan itulah yang membuatnya dianugerahi Pahlawan Nasional. Usai wafat di usia 49 tahun pada 30 Mei 1938, namanya banyak diabadikan menjadi nama jalan dan rumah sakit. Kaitan antara dr. Soetomo dan bidang kesehatan tidak bisa dilepaskan hingga kini. Di berbagai daerah di Indonesia, jika ada jalan bernama dr. Soetomo, di sekitarnya kebanyakan berdiri rumah sakit dan gedung-gedung penunjang kesehatan lainnya. (Hendra Surya Prasetya, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post