• HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
Tuesday, 11 November 2025
Kediripedia.com
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
Kediripedia.com
Home KILAS BALIK 2022

Tak Ada Suara Adzan di Desa Sidorejo Kediri

20 Jul 2022
in KULTUR
Reading Time: 3 mins read
0
Tak Ada Suara Adzan di Desa Sidorejo Kediri

SEJUMLAH bangunan berarsitektur Indische Empire Style bekas Belanda masih berdiri kokoh di Desa Sidorejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Di antaranya, gereja yang terletak di dekat monumen kincir angin. Dari kejauhan, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Sidorejo tampak megah dengan pilar, pintu, serta jendela besar. Pada dinding tempat ibadah itu terdapat prasasti bertuliskan 16 Juli 1933.

Sekitar seratus meter dari gereja terdapat klinik Kesehatan Mitra Waluya. Permukaan dinding atas atau fasad balai kesehatan itu tertulis angka tahun 8-3-1918. Saat pandemi Flu Spanyol pada 1920, klinik tersebut diduga kuat menjadi lokasi berobat para pasien yang tertular virus mematikan tersebut. Kala itu, di daerah Karesidenan Kediri terdapat puluhan ribu korban meninggal akibat Flu Spanyol.

Jelajahi pustaka Kediripedia

Setelah Keliling Dunia, Mencari Penerus Kethek Ogleng

Melacak Teknik Penulisan Aksara Kuadrat di Prasasti Ponorogo

Terancam Punah, Kertas Daluang Masih Dirawat Keturunan Hasan Besari

“Daerah ini menjadi permukiman umat Kristiani sejak era Kolonial Belanda,” kata Bagus Krisdijanto, Kepala Desa Sidorejo, Kamis 1 Juni 2022.

Dia menjelaskan, hampir 95 persen penduduk Desa Sidorejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, memeluk agama Kristen atau Nasrani. Jika suatu saat berkunjung ke kawasan di selatan Kampung Inggris Pare ini, jangan kaget bila kumandang adzan penanda waktu salat umat Islam nyaris tak terdengar. Selain itu, tidak perlu panik ketika menjumpai puluhan anjing peliharaan warga berkeliaran di jalanan.

Bagus Krisdijanto, Kepala Desa Sidorejo. (Foto: Fatikhin)

Pria pengkoleksi benda antik itu bercerita, kisah awal mula warga Kristen di Sidorejo amat berkaitan dengan erupsi Gunung Kelud. Keterangan itu didapat dari riwayat yang ditulis pengurus Yayasan Badan Pendidikan Kristen (YBPK) Cabang Sidorejo. Lembaga inilah yang mengelola gereja, klinik, serta lembaga pendidikan tingkat sekolah dasar dan menengah di desa seluas 651 hektar itu.

Dari informasi para sesepuh desa, gereja dibangun bersamaan dengan dibukanya lahan pertanian tembakau dan kopi. Tanah di daerah tersebut sangat subur karena dialiri lahar dingin letusan Gunung Kelud. Tersebab menjadi lintasan lahar, daerah tersebut dulunya bernama Gerojogan, Parerejo.

Sayangnya, keganasan erupsi Sang Kampud mengubur perkampungan. Ratusan penduduk terpaksa pindah tempat tinggal.

Tanah persil itu selama puluhan tahun dibiarkan bongkor atau terbengkalai. Pohon ploso, glagah, alang-alang, dan semak belukar tumbuh lebat. Pada tahun 1895 umat Kristen Kediri dan Madiun menggelar rapat. Ketua Gereja Besar Kediri bernama T. Dumenek memohon agar persil Gerojogan yang tak terurus itu dimanfaatkan gereja. Permohonan Dumenek kemudian dikabulkan oleh pejabat Residen Kediri di zaman Belanda.

“Persil Gerojogan dimanfaatkan untuk menampung umat Nasrani yang secara ekonomi kurang mampu,” ujar Kepala Desa yang menjabat 2 tahun lalu itu.

Ratusan warga akhirnya kembali menghuni bekas perkebunan tersebut. Mereka di antaranya berasal dari jemaat GKJW dari kawasan Kediri dan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

Pada tanggal 11 November 1936, daerah Parerejo Gerojogan berdiri dengan nama baru, yaitu Sidorejo. Diambil dari kata “Sido” yang berarti Jadi, dan “Rejo” berarti Ramai. Warga Kristen laki-laki kebanyakan bekerja sebagai petani, sedangkan perempuan membuat kerajinan kain rajut. Keterampilan ini diajarkan oleh para Suster Gereja dari Belanda dan masih ditekuni warga Sidorejo hingga sekarang.

Gereja Jemaat GKJW Sidorejo. (Foto: Fatikhin)

Seiring waktu, pendatang beragama Islam masuk ke Desa Sidorejo pada 1940-an. Umat muslim itu datang dari kawasan Kediri dan Nganjuk. Warga pemeluk Islam tidak tinggal di pusat keramaian desa. Mereka mendirikan masjid di batas desa wilayah utara dan selatan.

Kini, masyarakat muslim di Sidorejo sekitar 250 keluarga. Sedangkan umat Nasrani berjumlah lebih dari 7000 orang. Walaupun berbeda agama, masyarakat hidup berdampingan dengan damai. Setiap perayaan hari besar Islam maupun Kristen, mereka saling membantu dan merayakan bersama-sama.

Bagus menambahkan, dia berencana mengembangkan potensi desa yang kaya dengan gedung bernuansa vintage. Sejumlah bangunan tua itu akan terus dilestarikan agar di kemudian hari dapat menjadi kunjungan wisata. (Ahmad Eko Hadi, Kholisul Fatikhin)

Tags: #headline#kilasbalik2022
Previous Post

Gerakan Penguatan Bisnis Ikan Air Tawar di Desa Canggu

Next Post

Sekolah Melukis Realis di Tepi Kebun Nanas

Next Post
Sekolah Melukis Realis di Tepi Kebun Nanas

Sekolah Melukis Realis di Tepi Kebun Nanas

LSF dan Pengusaha Bioskop Gencarkan Budaya Sensor Mandiri

Discussion about this post

JELAJAHI

  • BISNIS (108)
  • DESTINASI (107)
  • EDUKASI (91)
  • KOMUNITAS (204)
  • KULTUR (217)
  • PEOPLE (239)
  • SURYAPEDIA (86)
  • Uncategorized (7)
  • Video (2)
Kediripedia.com

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

KERJASAMA

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

SOSIAL MEDIA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA