MEMASUKI era modernisasi, kecanggihan teknologi banyak dimanfaatkan untuk mendorong sektor industri. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PT Gudang Garam Tbk,. Di usianya yang ke-61, perusahaan rokok yang bermarkas di Kediri itu menerapkan aplikasi digital guna meningkatkan performa kerja dan perputaran produksi.
Kehadiran software digital membantu efektivitas perusahaan dan menggantikan peran karyawan di bidang pemasaran. Paparan tersebut disampaikan oleh jajaran direksi Gudang Garam saat menggelar press confrence Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kilisuci Ballroom, Hotel Grand Surya Kediri, pada Rabu 26 Juni 2019.
Dalam forum itu, direksi juga menyampaikan jika jumlah karyawan GG mengalami penurunan. Menurut laporan hasil RUPS, pada tahun 2017 terdapat sekitar 35 ribu karyawan, sementara di tahun 2018 jumlah pekerja berkurang menjadi 32 ribu.
“Menurunnya jumlah pekerja, didominasi oleh karyawan yang sudah memasuki fase pensiun,” kata Heru Budiman, salah seorang direksi GG. Sementara untuk pekerja di bidang salesman yang kini perannya digantikan oleh aplikasi, jumlahnya tak terlalu signifikan.
Selain Heru Budiman, jumpa pers itu dihadiri tiga direktur lainnya. Mereka adalah Herry Susianto, Istata Taswin Siddharta, dan Slamet Budiono. Secara bergantian, mereka menguraikan beberapa hal terkait jalannya perusahaan. Misalnya soal besaran komoditas, kondisi industri rokok, dan perkembangan program Corporate Social Responsibility (CSR) berupa pembangunan bandara.
Dari rapat tersebut diputuskan pula bahwa sebaran dividen PT Gudang Garam pada tahun buku 2018, mencapai Rp 5.002.628.800.000 atau Rp 2.600 per lembar saham. Angka dividen didapat dari akumulasi perputaran produksi perusahan selama satu tahun, terhitung mulai 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018. Capaian pembagian laba itu tidak bergerak signifikan, bahkan hampir sama jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, yakni pada 2016 dan 2017.
“Meskipun angkanya cenderung tidak berubah, bisa mempertahankan capaian sudah merupakan hasil positif. Sebab, di tahun 2015 dan beberapa tahun sebelumnya industri rokok mengalami penurunan,” kata Heru Budiman.
Sejak didirikan oleh Surya Wonowidjojo pada 26 Juni 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur, Gudang Garam telah banyak mengalami perkembangan. Sehingga, dikenal sebagai penghasil rokok kretek berkualitas dari beragam varian. Antara lain sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Eksistensinya selama 61 tahun, telah melekat di benak warga Kediri dan menjadi sandaran ekonomi masyarakat hingga kini. (Kholisul Fatikhin)