GEMA shalawat berkumandang, ketika ribuan jamaah pengajian memasuki area Ngronggo Sport Art Centre, Kota Kediri pada Minggu 29 Oktober 2023. Para ibu-ibu membeber tikar plastik sebagai alas tempat duduk. Sedangkan rombongan jamaah lain tampak sibuk berbelanja di ratusan lapak kuliner. Tepat jam 9 malam, suasana peringatan Hari Santri Nasional itu semakin riuh.
Tak lama berselang, gegap gempita sekitar 5 ribu pengunjung seketika berubah senyap. Kyai Dauglas Toha Yahya atau yang akrab disapa Gus Lik naik ke panggung. Tidak ada satupun jamaah yang berani bersuara, padahal pengasuh Pondok Pesantren Assaidiyah itu belum berkata-kata.
“Saya di sini tidak lama, jadi tolong dibuka betul telinganya,” kata Gus Lik ketika memulai pengajian.
Acara bertajuk “Djaya Show” ini diselenggarakan Jamaah Langgar Kulon dan didukung PT Gudang Garam Tbk. Pengajian Gus Lik menjadi puncak acara di kegiatan yang berlangsung Sabtu dan Minggu, 28-29 Oktober 2023. Selain pengajian, ada pula bazar UMKM, penampilan musik shalawat, dan Senam Santri.
Gus Lik membuka ceramahnya dengan arti penting peringatan Hari Santri. Mulai dari sejarah perjuangan para santri, hingga resolusi jihad yang dicanangkan KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Resolusi yang lahir pada 22 Oktober 1945 di Pesantren Tebuireng itu menyebut bahwa perang melawan penjajah hukumnya wajib.
“Umat muslim harus menjunjung tinggi nilai islami dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk, menghormati perjuangan para pendahulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa,” ujar Gus Lik.
Selama hampir satu jam berlangsungnya pengajian, jamaah khusyuk mendengarkan setiap kalimat yang dilontarkan Gus Lik. Sesekali, ulama nyentrik ini membuat ribuan jamaah tertawa lewat candaan di sela-sela ceramah. Menariknya, sepanjang acara tak ada satupun yang mengambil foto. Semuanya fokus menyimak pengajian.
Bagi masyarakat Kediri, Gus Lik dikenal sebagai ulama karismatik. Dalam kesehariannya, tokoh ini jauh dari kesan glamor, busana yang dipakai ketika pengajian juga sederhana. Gus Lik adalah putra pasangan KH Said dan Nyai Maemunah Banjarmlati yang memiliki kekerabatan dengan pesantren-pesantren besar di Kediri.
Para pengikut Gus Lik populer dengan sebutan Jamaah Langgar Kulon. Di setiap pengajian yang digelar, entah itu Pengajian Malam Rabu (PMR) atau Pengajian Malam Jumat (PMJ), selalu dihadiri ribuan jamaah.
Setiap pengajian Gus Lik, jamaah PMJ selalu siap dengan personil lengkap. Ada yang bertugas sebagai tim kesehatan, tim parkir, tim keamanaan (banser), tim bersih-bersih, dan tim perlengkapan.
“Saya baru dua kali ikut pengajian Gus Lik, saya merasa ceramahnya menenangkan jiwa serta membuat kangen” kata Agus, salah seorang warga Kelurahan Ngronggo. (Moh. Yusro Safi’udin)
Discussion about this post