BILA malam tiba, gerobak dan lapak-lapak makanan bermunculan di Kota Kediri. Aneka kuliner mudah ditemukan. Soto, rawon, sate, gulai, dan berbagai varian makanan yang mencirikan suatu daerah seperti nasi padang hampir selalu ada di semua ruas jalan. Tak terkecuali, nasi pecel yang dianggap sebagai makanan khas masyarakat Kediri.
Pertanyaannya. Benarkah pecel Kediri masih menjadi makanan paling populer di Kediri, khsususnya pada malam hari? Dari penelusuran Kediripedia.com di seluruh ruas jalan di Kota Kediri, pedagang nasi pecel masih ada di sejumlah kawasan, tapi jumlahnya tidak mendominasi. Jalan Dhoho sebagai salah satu pusat kuliner Kediri pada malam hari, ternyata tak dikuasai sepenuhnya oleh penjual nasi pecel. Gerobak pedagang nasi goreng yang juga menyediakan mie goreng dan mie kuah, jumlahnya lebih banyak.
“Nasi goreng lebih menggoda untuk dinikmati pada malam hari,” kata Shinta Nurma, mahasiswa IAIN Kediri, Minggu, 6 November 2022 malam.
Meskipun menyukai pecel, Shinta mengaku lebih memilih nasi goreng karena sesuai dengan lidahnya. Itu juga berlaku bagi teman-teman kuliahnya. “Di sekitar kampus, juga terdapat puluhan pedagang nasi goreng yang semuanya laris,” kata Shinta.
Dari pengamatan Kediripedia.com di semua jalan besar di Kota Kediri terdapat banyak penjual nasi goreng. Baik yang menggunakan gerobak dorong, ruko, atau lapak tetap. Jarak antar pedagang juga tidak terlalu jauh, rata-rata hanya 50 meter. Bila dihitung satu persatu, kemungkinan mencapai ratusan. Itu belum termasuk pedagang keliling yang mangkal di gang, perumahan, dan pemukiman masyarakat lainnya.
Nasi goreng adalah jenis masakan dengan basis utama nasi yang digoreng. Ada berbagai bumbu ditaburkan, irisan daging atau telur, ditambah sayur segar. Proses menggorengnya ada yang menggunakan tungku arang atau kompor gas.
Ari Muhamad Nur Agus Triyanto, salah satu juru masak di kedai nasi goreng Cak Kenthoss, mengatakan dagangannya tak pernah bersisa. Selalu ludes. Berdiri sejak tahun 1990 di Jl Dhoho dekat Setono Gedong, para pembeli selalu antri. Untuk melayani, Agus yang turut bekerja mulai Mei 2021, dibantu Dian dan Gepo.
Selain nasi goreng, Cak Kenthoss juga menyediakan mie goreng, mie kuah, krengsengan, dan sop. Dengan tiga cabang yang berada di depan Hotel Grand Surya, di depan pondok pesantren Al-Ihsan Gampengrejo, dan di Setono Gedong, nasi goreng mereka selalu terjual lebih dulu.
“Masyarakat lebih menyukai nasi goreng karena mudah dikombinasikan dengan berbagai bahan makanan lain, sehingga cita rasanya beragam,” kata Agus Syafruddin, guru tata boga SMKN 3 Kediri.
Jumlah varian nasi goreng semakin hari kian bertambah, seiring inovasi yang terus hadir di dunia kuliner. Jika dihitung, jenisnya mungkin mencapai ratusan. Mulai dari nasi goreng seafood, ikan teri, kambing, jeroan sapi, sosis, hingga jengkol dan petai.
Pria yang juga pemilik Sabilla Catering ini menambahkan, inovasi itu tak bisa ditemui pada pecel yang menjadi kuliner khas Kediri. Rasa, kemasan, dan kombinasi bumbunya tak berubah sejak ratusan tahun silam.
“Pebisnis nasi pecel pasti kesulitan melakukan inovasi, hal yang bisa dilakukan hanya menambah varian lauk pendamping saja,” ujar Agus.
Secara kuantitas, jumlah penjual nasi goreng kini di kawasan Kediri memang lebih banyak dari pada pecel. Namun, jika ada survey tentang makanan yang paling dirindukan orang-orang Kediri di perantauan, jawabannya pasti nasi pecel. Itu artinya, meski nasi goreng kini lebih populer, dia tak bisa menggeser pecel yang sudah identik dengan kawasan Kediri. (Yani Febriyanti, Mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post