ALIRAN air itu jatuh dari ketinggian 125 meter lalu menghunjam ke bebatuan. Saking kerasnya menabrak batu, air terpecah menjadi butiran yang beterbangan di udara. Suasana makin terasa alami karena diramaikan kicau burung, nyaring tonggeret, dan rindang pepohonan.
Berbagai keindahan itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Air Terjun Nglayangan di Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Air terjun di ketinggian 800 Mdpl ini letaknya tersembunyi di balik hutan Gunung Wilis. Jika hendak berkunjung ke tempat ini, ada 2 jalur yang bisa ditempuh. Melalui Desa Bajulan, Nganjuk serta jalanan Desa Parang di dekat area Bandara Internasional Dhoho Kediri.
“Dari percikan air yang melayang itulah, warga sekitar menyebut air terjun ini dengan nama Ngleyangan,” kata Lamiran, Ketua RT Dusun Krampyang, Desa Kalipang, Selasa 27 September 2022.
Dalam bahasa Jawa, Ngleyang artinya melayang atau terbang. Percikan air dari atas tebing melayang hingga mengenai orang-orang di dekatnya, tumbuhan di sekitar, hingga ke aliran sungai-sungai kecil di bawah.
Jalur menuju Air Terjun Nglayangan adalah rute yang biasanya dilalui warga setempat pergi berladang. Pengunjung harus ekstra hati-hati, sebab jalan menuju air terjun belum ada yang diaspal. Jalur yang tersedia berada di tepi tebing dengan jalan terjal yang berkelok-kelok. Jika naik sepeda ataupun sepeda motor pastikan kendaraan memiliki rem yang pakem.
Dari jalan desa, perjalanan melawati jalur terjal harus dilalui sekitar 4 km. Tersebab tidak adanya papan petunjuk jalan, disarankan untuk sering bertanya ke warga sekitar. Setelah melalui track naik turun, perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 1 km menuju Air Terjun Ngleyangan.
“Untuk masuk ke air terjun tidak dipungut biaya atau gratis,” ujar Lamiran.
Tidak seperti wisata air terjun lainnya di Kediri seperti Irenggolo dan Dholo, Ngleyangan belum banyak dijamah wisatawan. Hal itu terjadi barangkali karena letaknya yang tersembunyi dan jalurnya cukup sulit diakses. Di sekitar lokasi juga belum banyak bangunan yang berdiri. Hanya ada beberapa gubuk kecil di bawah pepohonan bambu yang dapat digunakan pengunjung untuk beristirahat.
“Perjalanan menuju Ngleyangan sangat menantang, tapi semua itu terbayar dengan keindahan dan udara yang masih sangat sejuk,” ujar Yusuf, salah seorang pengunjung.
Yusuf mengetahui informasi air terjun Ngleyangan dari Facebook. Menurutnya, baik itu di perjalanan maupun di lokasi air terjun sama-sama berkesan. Siapa saja yang berkunjung ke sini akan disuguhkan panorama air yang mengalir di antara tebing batu. Lokasi ini juga sangat cocok untuk pecinta alam serta tempat berfoto dengan konsep alam.
Sarwani, Ketua Karang Taruna Desa Kalipang mengatakan, Air Terjun Ngleyangan sempat ramai pengunjung pada 2015. Masyarakat lokal juga turut datang membuka warung makan dan menata parkir. Namun, jumlah pengunjung mulai sepi ketika pandemi Covid-19 melanda.
“Masyarakat tidak bisa menggerakkan kegiatan ekonomi, akhirnya air terjun kembali jarang dikunjungi,” kata Sarwani.
Menurutnya, Air Terjun Ngleyangan masih berpotensi dikembangkan menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kediri. Namun, hal tersebut membutuhkan peran dari berbagai pihak, baik itu warga sekitar, Pemerintah Desa, maupun Pemerintah Daerah. Misalnya, pembenahan infrastruktur jalan untuk mempermudah akses, serta konsep pengelolaan kegiatan pariwisata. (Maqdum Maghrobi, Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post