JALAN hidup lelaki 21 tahun ini sebenarnya sudah mapan. Bekerja sebagai operator dump truck perusahaan batubara di Kalimantan, Maulana Khoirudin Al Faruq mendapat gaji 10 juta perbulan. Namun, di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19, dia justru membuat keputusan mengejutkan. Maulana memilih meninggalkan pekerjaan demi belajar di bangku perguruan tinggi.
“Keputusan apapun ada sisi baik dan buruk, dulu memang saya punya banyak uang, tapi tidak bisa dekat dengan keluarga,” ujar Maulana, Kamis 18 November 2021.
Dia bercerita, kesempatan memasuki dunia kerja itu didapatnya pada tahun 2018. Saat itu, Maulana mengikuti Bursa Kerja Khusus (BKK) yang diadakan sekolahnya, SMK PGRI 1 Kediri. Dari 93 siswa yang menempuh lima tahapan tes di Jombang, dia menjadi salah satu peserta terbaik untuk ditempatkan di PT. Pamapersada Nusantara. Perusahaan itu bergerak di bidang pertambangan batu bara dan mineral di Kalimantan.
Selama dua tahun bekerja, Maulana disuguhi berbagai fasilitas menarik. Selain gaji yang tergolong besar, dia mendapat fasilitas berupa asrama yang representatif, makan, laundry, dan tiket pulang pergi. Setiap tujuh puluh hari kerja, pegawai mendapat izin pulang selama empat belas hari.
“Fisik dan mental harus selalu kuat, karena bekerja di tambang taruhannya besar yaitu nyawa,” kata pria asal Desa Bobang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Segala kemewahan saat berada di dunia kerja itu akhirnya ditinggalkan. Maulana memutuskan pulang ke Kediri dan melanjutkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri. Di kampus tersebut, dia mengambil program studi Manejemen Bisnis Syariah.
Langkahnya melepas pekerjaan untuk kuliah justru membuat keluarga senang. Sedari awal, orang tuanya memang ingin agar dia menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu.
Selain kuliah, aktivitas Maulana kini juga disibukkan dengan kegiatan di sejumlah organisasi. Di kampus, dia bergabung ke wadah jurnalistik Lembaga Pers Mahasiswa. Sedangkan di masyarakat, mengabdikan diri sebagai petugas penyuluh pengolahan limbah sampah di desanya.
“Di sela aktivitas kuliah dan berorganisasi, saya sehari-hari juga membantu orang tua bertani,” kata putra pertama pasangan Koerudin dan Narti itu.
Untuk kuliah dari masuk hingga lulus, Maulana membiayainya sendiri dari hasil kerja dahulu. Selain itu, sejumlah tabungan juga dibelikan aset berupa motor, sawah, dan tanah kavling.
Ketika sudah nyaman menerjuni dunia mahasiswa dan aktivitas sosial, tawaran pekerjaan beberapa kali datang. Terhitung sudah tiga kali Maulana mendapatkan panggilan kembali bekerja di PT. Akan tetapi, semua kesempatan itu dia tolak.
Maulana bertekad akan menyelesaikan kuliah karena hal itu adalah amanah dari orang tua. Menurutnya, tidak ada yang salah dengan mematuhi keinginan orang tua. Dia meyakini bahwa langkah itu justru akan menuai hasil baik di kemudian hari.
“Untuk saat ini saya fokus mengembangkan diri dari sisi pengetahuan, sikap, maupun keimanan,” ujarnya.
Jika nantinya setelah lulus kuliah masih diberi kesempatan bekerja, dia ingin kembali ke pekerjaan di tambang. Dengan catatan, mendapat izin dari orang tua. Jika tidak diizinkan, Maulana ingin menjadi wirausahawan, dengan menerapkan berbagai wawasan yang didapat ketika duduk di bangku perkuliahan. (Nurlailia Herman, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post