SELAMA puluhan tahun, makanan tradisional klepon menjadi trademark Desa Wonosari, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Kedai-kedai yang menjajakan kue berbentuk bulat, berisi gula merah, dan warna hijau, sudah berdiri di kawasan ini sejak 1970. Klepon Wonosari, begitu masyarakat Kediri mengenal cemilan yang berasal dari desa tersebut.
Salah satu warung yang hingga kini masih eksis yaitu Warung Klepon Miroso. Rikani, pemilik kedai ini merupakan generasi ketiga yang mengelola bisnis jajanan klepon. Perintis Klepon Miroso adalah nenek Rikani yaitu Suparmi yang juga warga asli Desa Wonosari.
“Dulu banyak pedagang klepon yang berjualan di warung atau keliling, tapi masih hanya sini yang bertahan,” ujar Rikani saat ditemui di warungnya pada Senin, 20 Maret 2023.
Warung yang berada 5 kilometer di utara Monumen Simpang Lima Gumul ini menyajikan klepon yang disandingkan dengan lupis dan cenil. Campuran ketiga jajanan itu lalu disantap dengan parutan kelapa dan gula cair. Sehingga, hidangan akan semakin terasa gurih dan manis.

Kudapan yang biasa disebut jajanan pasar ini ternyata sudah ada sejak era lampau. Bukti sejarah yang menunjukkan keberadaan klepon dapat ditemukan pada Serat Centhini yang ditulis sekitar tahun 1814 -1823. Dalam naskah Keraton Surakarta itu istilah klepon disebut beberapa kali. Makanan ini menjadi hidangan di acara ritual seperti selamatan.
Di era kolonial Belanda, klepon adalah jajanan asli Indonesia yang dikenal hingga mancanegara. Sebutan klepon dalam bahasa Belanda yaitu ronde taart, yang kemudian dilafalkan menjadi onde-onde. Sebutan lain klepon yaitu sweet rice cake.
Satu porsi klepon Wonosari dibandrol dengan harga 5000 rupiah. Pengunjung bisa memesan klepon campur atau memesan lupis dan cenil secara terpisah. Bagi yang ingin makan di lokasi, pemilik warung menyediakan meja kursi serta parkiran yang cukup luas.
“Sejak dibuka puluhan tahun lalu, warung ini tak pernah sepi pembeli,” kata Rikani.
Dalam sehari, rata-rata lebih dari 200 porsi habis terjual. Warung yang buka dari jam 8 pagi hingga 8 malam ini ramai pengunjung saat jam makan siang. Saat akhir pekan penjualan bisa naik hampir 2 kali lipat.
Ahmad Hidayatullah, salah satu pelanggan mengatakan jika jajanan klepon Wonosari memilki khas berupa tekstur lembut. Ia menyantap seporsi klepon dan kopi hitam sebagai pengganti sarapan di pagi hari.
“Rasanya enak, manisnya juga pas,” kata pemuda asal Probolinggo itu.
Menurut pria 22 tahun itu, keunikan klepon Wonosari yaitu cara penyajiannya. Satu porsi klepon dihidangkan di atas lepek keramik berukuran 15 cm dan tusuk dari lidi. Menikmati klepon di Warung Miroso semakin bertambah asyik ketika menyantap hidangan sembari menikmati suasana pedesaan di sekitar area kedai. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post