Kebanyakan pria menggemari kegiatan yang beraroma petualangan, menguras adrenalin untuk mencapai kepuasan tersendiri. Pria adalah sebuah pilihan kata untuk menggambarkan lelaki yang sudah dewasa, matang dalam berpikir dan mengambil keputusan, juga berani mengambil resiko. Petualangan mengendarai trail adventure, adalah salah satunya.
Menjelang dhuhur, sejumlah motor trail berbaris rapi diantara jajaran truk gandeng disebuah garasi di Jl Mauni, Kota Kediri, pada Sabtu, 29 Agustus 2015. Erik, sang pemilik garasi mempersilakan kami untuk mencicipi makan siang yang sudah dihidangkan. Kami, rombongan Komunitas Trail Kediri (KTK) akan menjelajah jalur trail adventure di lereng Gunung Kelud.
Setelah makan siang, kami mulai menyiapkan motor untuk di-loading, sebagian santai-santai menunggu giliran sembari ngopi, ada juga yang memanfaatkan waktu untuk sholat dhuhur. Setelah semua motor beres diangkut kendaraan loading, kami bergegas menuju daerah Wates, lokasi start yang telah direncanakan.
Rombongan kami berhenti di depan Toko Oli Murni – Wates, ini adalah tempat dimana peserta mulai mempersiapan diri dan kendaraannya. Peserta mulai mengenakan body protector, helm, dan sepatu khusus untuk trail adventure.
Setelah memastikan kondisi motor dan tangki bahan bakar terisi penuh, peserta bersiap untuk diberangkatkan. Karena posisi start masih di jalan aspal, Hashim salah seorang rider yang ditunjuk menjadi ketua rombongan mengatur agar peserta tertib sehingga pengguna jalan lain tidak terganggu.
Namun karena masih dalam suasana Perayaan Kemerdekaan RI ke 70, banyak ruas jalan yang ditutup warga untuk berbagai kegiatan. Beruntung Hashim cukup menguasai medan yang hendak dituju, ia mencarikan jalur alternatif bagi kami. Oh ya, total ada 22 rider yang ikut dalam rombongan.
Rute jalur adventure lereng Gunung Kelud memang menguras tenaga, karena musti menempuh perjalan tak kurang dari 3 jam. Mengambil posisi start di Wates menuju Ngancar, lalu kami diarahkan menuju Gunung Kelud, turun lagi ke areal perkebunan di Ngancar, baru kembali ke Wates.
Ada salah satu peserta yang terjebak lumpur, posisinya tepat berada di depan saya. Ia tak mungkin saya tinggalkan. Dibantu rider lain, kami bahu membahu menarik bareng-bareng agar ia bisa keluar dari kubangan. Solidaritas menjadi kata penting bagi para penghobi trail adventure. Dalam perjalanan, kadangkala kami rehat rejenak, minum air agar terhindar dehidrasi karena cuaca sedang panas-panasnya.
Jalu berpasir yang menurut saya pribadi paling sulit untuk ditaklukkan, beberapa kali saya hilang kendali dan terpeleset, terpontang-panting mengendalikan motor. Dijalur tersebut banyak lubang menganga yang bila tidak sigap bisa membuat motor terjebak karena roda terperosok. Lubang-lubang tersebut tak lain adalah bekas galian para penambang pasir.
Peserta yang memang baru pertama kali turun ke jalur tersebut banyak yang kaget dengan kondisi medan, selain itu karakter jalur lereng Gunung Kelud yang penuh debu pasir vulkanik membuat pandangan mata terhalang, terutama peserta yang berada di posisi belakang pengendara lain. Meski memakai masker pelindung hidung dan mulut, serpihan debu tipis tetap masuk juga.
Setelah melewati jalur pasir berdebu, kami berhenti sejenak di perkebunan nanas yang terhampar luas di lereng Gunung Kelud. Atas seijin petani, kami sejenak melupakan jalur sulit yang baru saja dilewati dengan menikmati segarnya buah nanas yang dipetik langsung dari perkebunan.
Setengah jam sudah terlewati, dari total 22 peserta masih banyak yang tercecer di belakang dan belum nampak batang hidungnya. Sebagai ketua rombongan, Hashim balik kanan menggemer motor trailnya menyisir kembali jalur semula, dari atas turun ke bawah.
Ternyata setelah disisir, tidak ada peserta yang tertinggal, tapi mereka justru mengambil jalur lain yang merupakan jalan pintas menuju pos 1. “Kancane podho ngenteni lha kok malah wes cangkrukan ndek kene (temannya saling menunggu kok malah sudah duduk-duduk di sini – red)”, celetuk salah satu peserta yang baru datang.
Di pos 1 kami berhenti untuk mencoba sebuah jalur terjal dengan tinggi kurang lebih 25 meter dari posisi ini dan memiliki panjang lintasan kurang lebih 100 meter. Beberapa peserta mencobanya dan berhasil, termasuk Hashim. Sementara salah satu peserta lainnya, Ashari masih gagal menaklukkan tanjakan tersebut.
Perjalanan lalu dilanjutkan menuju Gunung Kelud yang bulan Februari tahun lalu mengalami erupsi dahsyat. Lansekap yang tertangkap oleh pandangan mata tampak gersang, dampak dari letusan tersebut. Tak ingin kehilangan momen, kami berfoto bareng dengan latar belakang puncak Gunung Kelud.
Matahari sudah condong ke Barat dan hampir tenggelam saat kami menggeber motor trail ke bawah, menuju tempat finish. Deru debu motor kami menggulung-gulung, tampak silhouette dalam remang petang nan mistis. Di ujung sana suara adzan berkumandang, petualangan hari ini meski diakhiri.
Netizer: Sri Dento Resi Dwipoyono, Karyawan PT Gudang Garam Tbk.