SEBUAH mobil hitam tiba-tiba berhenti di dekat gerbang Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri. Jendela kiri kendaraan itu perlahan terbuka. Dari dalam mobil, sang pengemudi melempar dua kantong plastik ke tumpukan sampah setinggi 1 meter.
Saban hari, ratusan warga membuang sampah rumah tangga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang berjarak sekitar 30 meter dari kampus itu. TPS wilayah Ngronggo Kota Kediri ini menjadi lokasi pembuangan sampah untuk Kelurahan Ngronggo, Rejomulyo, dan Blabak. Letak TPS berada di area Pasar Grosir Ngronggo. Saat sore hari, tumpukan sampah makin meninggi karena juga menampung limbah sayuran dan buah-buahan.
“Saat masuk gerbang kampus, saya sering mencium bau sampah,” kata salah satu mahasiswa IAIN Kediri, Senin 13 Mei 2024.
Menurutnya, aroma busuk makin menguar pada musim hujan. Bau sampah bahkan tercium hingga ke ruang perkuliahan di lantai tiga Fakultas Ushuluddin. Keberadaan lahan persawahan sebetulnya membuat bau sedikit mereda karena tersapu angin. Meski demikian, aroma menyengat dari TPS masih tercium saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Firdaus Arifaini, lulusan IAIN Kediri tahun 2016 juga mengungkapkan hal serupa. Sejak dia masuk kuliah pada 2010 hingga lulus, tumpukan sampah sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
“Tak jarang sampah meluber hingga ke jalan,” kata Firdaus.
Pihak IAIN Kediri sebenarnya sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri. Kampus menginginkan sistem pengelolaan sampah diperbaiki, agar tidak mengganggu aktivitas belajar mahasiswa.
“Kami sudah beberapa kali menyurati DLHKP untuk segera dilakukan perbaikan, namun bau busuk tetap saja terjadi,” kata Budiyanto, Kepala Bagian Umum dan Layanan Akademik IAIN Kediri.
Dia menambahkan, selain soal sampah, masalah juga muncul dari parkir liar di depan gedung Fakultas Ushuluddin. Para pedagang Pasar Grosir kerap memarkir kendaraan di depan gerbang masuk hingga menimbulkan kemacetan. Jalanan tersebut juga menghubungkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Kota Kediri dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) Negeri 2 Kota Kediri. Pada jam-jam kepulangan siswa sekolah, kemacetan tak bisa dihindari.
Shaenudin, Kepala Pasar Grosir Ngronggo, membenarkan bahwa kerap menerima protes bau sampah dari kampus IAIN. Dia juga tak menampik jika bau sampah sangat menyengat, bahkan aromanya masih tercium meskipun menggunakan masker.
“Saya hanya bisa meneruskan, sampah dan parkiran sebetulnya bukan wewenang saya,” kata Shaenudin.
Dia menjelaskan, TPS di belakang Pasar Grosir itu menjadi tanggung jawab (DLHKP) Kota Kediri. Sedangkan lokasi parkir yang berada di selatan pasar merupakan wewenang Karang Taruna Kelurahan Ngronggo.
Dari catatan pengelola pasar, jumlah pedagang Pasar Grosir kini mencapai 800 orang. Terdiri dari pemilik ruko, emperan, dan pedagang kaki lima. Untuk pengelolaan sampah di dalam pasar, pembersihan rutin sudah dilakukan. Setiap pagi dan sore, sayuran dan buah-buahan busuk dikumpulkan di TPS. Dalam sehari, timbunan sampah itu dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Klotok sebanyak tiga kali pengangkutan.
Saat Kediripedia.com hendak mengkonfirmasi sistem pengelolaan sampah di Pasar Grosir Ngronggo, Kepala DLHKP, Imam Muttaqin, tidak dapat dihubungi karena sedang rapat di luar kantor. Hanya Sentot Iswanto, Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah yang berhasil ditemui Kediripedia.com.
“Saya tidak bisa memberikan statement apapun,” kata Sentot. Dia memilih diam dan menunggu instruksi dari Kepala DLHKP ketika ditanyai perihal pengelolaan TPS wilayah Ngronggo yang masih menimbulkan bau menyengat hingga ke gedung Fakultas Ushuluddin IAIN Kediri. (Moh. Yusro Safiudin)
Discussion about this post